MENDEMONSTRASIKAN BUAH ROH DALAM HIDUP
Oleh Samson H
Sebagai orang percaya, seluruh aspek hidup harus transparan dalam terang Firman Allah. Tidak ada kepura-puraan sedikitpun dalam hidup. Ia bukan orang rohani di hari minggu dan orang barbar di hari lain. Keseluruhan hidupnya berada di bawah kontrol Roh Allah dan Firman Tuhan. Setiap hari merupakan hari dimana Tuhn memimpin dan membimbingnya untuk memuliakan dan menyembah Tuhan dalam segala hal yang dilakukan sehari-hari. Jadi penyembahan kepada Tuhan bukan hanya di hari Minggu atau di saat membaca dan merenungkan Firman, tetapi setiap detik hidup orang percaya harus menjadi momen ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Tidak ada momen dimana orang Kristen bica berkata, “Nah sekarang waktu untuk releks bagi diri sendiri dan saya bisa melakukan apa yang saya ingin dan tidak perlu memikiran Tuhan dan perintahNya.”
Paulus mengingatkan jemaat Efesus untuk tidak lengah dalam kerohanian mereke dengan berakta, “pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Efesus 5:16). Apa maksud Paulus dalam ayat ini? Itu mengingatkan setiap orang percaya bahwa hari-hari yang dilalui dalam hidup harus dipahami sebagai hari-hari yang penuh perjunganan. Tuhan menginginkan anak-anak untuk hidup berkenan dan meuliakan Tuhan setiap saat tetapi dalam saat yang sama Iblis dan antek-anteknya turut berjuang untuk mempengaruhi dan menghancurkan umat percaya sehingga menentang TuhanNya dan menuruti keinginan daging dan hawa nafsu mereka. Jadi umat Kristen jangan pernah lengah seakan-akan Iblis sudah mati dan tidak berdaya lagi. Ingatlah selalu Iblis mengamati dan mengawasi setiap langkah yang engkau perbuat dan ia mencari mangksa yang siap diterkap setiap saat. Ia seperti singa yang mengaum-gaum yang siap menghabisi mangsanya (1 Petrus 5:8).
Maka Paulus menasihatkan demikian,
15Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, 16dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. 17Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan (Efesus 5:15-17).
Perhatikan frasa “Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup” itu berarti bahwa jemaat Efesus dinasihati menjalani kehidupan dengan penuh kehati-hatian dalam bertindak. Dalam Alkitab bahasa Inggris ditulis demkian, “See then that ye walk circumspectly” (KJV). Kata “walk” di sini bukan semata-mata membicara tentang “berjalan” tetapi menunjuk bagaimana menjalani kehidupan di dunia yang penuh dengan kejahatan.
Paulus juga memberitahukan bahwa hanya ada dua cara bagaimana orang menjalani kehidupan di dunia. Yang pertama, hidup dan berprilaku seperti orang bebal (orang bodoh atau orang tak berhikmat) dan dalam Alkitab bahasa Inggris kata ini adalah “fools.” Yang kedua, hidup dan berprilaku sebagai orang arif (orang berkhimat) dalam Alkitab bahasa Inggris kata ini ditulis sebagai “wise.” Dalam kedua cara ini semua manusia hidup di dunia ini.
Orang-orang bebal menjalani kehidupannya dengan kebodohan dan ketidakhati-hatian karena hatinya gelap tanpa kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengela Tuhan. Itulah sebabnya Paulus juga menasihatkan jemaat Efesus demikian,
17Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia 18dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. 19Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran (Efesus 4:17-19).
Orang arif (berhimat) adalah orang yang takut kepada Tuhan. Ia menyadari kehadiran Tuhan di dalam setiap detik hidupnya. Itulah yang memotivasinya utnuk mempergunakan setiap waktu yang ada sebaik-baiknya. Ia mengetahui apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya dan ia memahami apa yang harus diakukan dan diaplikasikan dalam hidupnya. Ia adalah orang yang memahami nasihat Salomo dalam Amsal, “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian” (Amsal 9:10). Inilah yang mendorong dan memotivasinya untuk melakukan setiap waktu sebaik mungkin. Ia ingin mempergunakan setiap waktu untuk kemuliaan Tuhan dan melakukan kehendak Tuhan. Orang bebal tidak akan pernah memikirkan hal ini karena hatinya yang penuh kegelapan. Maka nasihat Paulus tetap berlaku bagi setiap umat Kristen termasuk engkau yagn sedang membaca buku ini, “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:17).
Umat Percaya dan Buah Roh
Yang membuat umat percaya menjadi orang-orang arif dan bijaksana karena Allah memberikan RohNya di dalam hati anak-anakNya. Roh inilah yang mengajari dan menasihati umat percaya untuk memahami kehendak Tuhan, dan untuk memuliakan Tuhan. Roh Allah memberikan kesensitifan rohani di dalam diri setiap orang percaya sehingga ia tidak hidup dengan sembrono dan tidak beraturan. Roh Kuduslah yang menghibur dan menguatkan dikala anak-anak Tuhan menghadapi kesulitan dan siatuasi yan dilematis sehingga mereka memilih hal yang memuliakan Tuhan. Itulah hikmat yang dari Tuhan.
Manusia bebal (bodoh) tidak memiliki Roh Allah sehingga segala tindakan dan keputusannya hanya untuk kepuasan pikiran dan kedagingannya. Ia tidak memahami apa yang berkenan kepada Tuhan kerena ia tidak mengenal Tuhan yang benar. Ia tidak membenci dosa dan kejahatan tetapi menjadikannya sebagai kesukaan dan kebiasaannya.
Tetapi orang percay memiliki Roh Allah berdiam di dalam hatinya. Perbuatan dan prilaku orang bebal (bodoh) berbeda dengan mereka yang takut akan Allah (orang berhikmat) seperti Paulus nasihatkan kepada jemaat Efesus,
18Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, 19dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati (Efesus 5:18-19).
Umat percaya dikontrol oleh Roh Kudus karena Ia berdiam di dalam hati umat percaya. Mabuk-mabukan yang menimbulkan hawa nafsu merupakan prilaku dan perbuatan mereka yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus. Mereka hanya mengikuti keinginan daging dan hawa nafsu mereka yang bergejolak dalam dirinya. Mereka ingin melampiaskan dan memauskan hasrat mereka tanpa memperdulikan norma-norma moral dan kehidupan. Perbuatan dan prilaku mereka yang tidak memiliki Roh Allah dirangkum Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Galatia dengan berkata demikian,
19Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5:19-21).
Perbuatan-perbuatan ini merupakan prilaku orang-orang yang tidak mengenal Kristus. Itu merupakan kegiatan dan perbuatan yang biasa dilakukan oleh siapapun juga ketika ia masih hidup di dalam dosa dan tanpa Kristus. Orang-orang bebal (bodoh) bersukacita dan bersukaria ketika melakukan perbuatan-perbuatan itu. Mereka berbangga hati ketika memiliki kejahatan dan kekejian kepada orang lain. Tanpa merasa bersalah, mereka selalu mencari keuntungan dari orang-oran lemah dan suka memperdaya orang lain.
Umat percaya berbeda dengan mereka karena kehadiran Roh Kudus di dalam hati mereka. Umat percaya adalah orang-orang Kudus (Efesus 1:2) di hadapan Tuhan. Kekudusan merupakan karakteristik hidup umat percaya. Kekudusan merupakan rangkuman seluruh aspek kehidupan yang tercermin dalam hati setiap orang percaya. Tanpa kekudusan tak seorang pun bisa melihat Allah (Ibrani 12:14). Kekudusan menjadi tolok ukur kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Sekalipun engkau melakukan berbagai pelayanan dan perbuatan baik jikalau engkau tidak memilik kekudusan semua yang dilakukan tidak berkenan kepada Tuhan. Pelayanan dan perbuatan yang dilakukan dengan hati yang kotor merupakan kekecian dihadapan Tuhan. Kekudusan harus dikejar dan jangan sampai diabaikan.
Jika memperhatikan buah Roh yang terdapat dalam Galatia 5:22-24, satu observasi penting bahwa kata “kudus” tidak ditemukan dalam daftar tersebut. Kenapa kekudusan tidak termasuk dari buah Roh? Bukankah kekudusan itu penting dalam kehidupan umat percaya? Bukankah Firman Tuhan memberitahukan bahwa tanpa kekudusan tak seorangpun dapat melihat Tuhan, lalu kenapa kata “kudus” tidak ditemukan dalam daftart itu?
Satu hal yang pasti bahwa kekudusan merupakan usuran orang percaya dengan Tuhan. Ketika seseorang percaya kepada Yesus dan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya, ia dimata Tuhan kenala sebagai orang kudus bukan karena ia akan hidup kudus 100 % di dalam hidupnya, tetapi Tuhan melihatnya sebagai orang kudus karena ia mengenakan jubah kebenaran Kristus karena iman percayanya kepada Kristus. Secara posisi ia seorang kudus di hadapan Tuhan. Namun demikian, yang dituntut dari setiap orang percaya bukan hanya status kudus ini, tetapi juga bagaimana ia berjuang untuk hidup kudus di dunia yang dosa dan kejahatan ini. Ia ditutntu dan diperintahkan untuk hidup kudus sama speerti Allah kudus (1 Petrus 1:16). Umat percaya diberikan kuasa untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan bukan karena kekuatannya sendiri tetapi karena Roh Kudus yang berdiam di dalam dirinya. Roh Kuduslah yang memampukanya untuk menjauhkan diri dari dosa dan hawa nafsu kedagingan. Jika orang percaya tidak menyerahkan diri pada pencobaaan dan hawa nafsu tetapi bersandar pada kuasa Tuhan, ia bisa melawan segala dosa dan hawa nafsu dan hidup kudus di hadapan Tuhan. Kemampuan untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan diberikan kepada setiap orang yang percaya pada Yesus Kristus.
Sementara apa yang dicatat Paulus dalam suratnya kepada jemaat Galatia yang dikenal dengan buah Roh merupakan tindakan dan prilaku umat percaya terhadap sesame. Buah Roh ini merupakan perbuatan yang akan dilakukan dan dipertunjukkan umat percaya kepada sesamanya di dalam kehidupan nyata di dunia yang penuh dosa dan kejahatan ini. Roh Allah yang berkerja di dalam diri setiap orang percaya, memampukannya untuk menghasilkan buah Roh tersebut. Maka Paulus berkata demikian,
22Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 24Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:22-24).
Perhatikan kata “buah” dalam ayat 22, ditulis dalam bentuk tunggal dan bukan jamak “buah-buah.” Apa implikasi penulisan ini? Itu berarti bahwa meskipun terdapat berbagai jenis buah Roh dalam daftar di atas, keseluruhannya merupakan satu paket buah Roh. Dengan kata kalin, buah Roh itu hanya satu tetapi terdiri dari beberapa aspek. Oleh karena itu umat percaya tidak bisa berkata, “saya hanya memiliki kasih dan sukacita, tetapi saya tidak memiliki kesabaran, kemurahan dna kesetiaan. Atau berkata, saya senang melakukan kebaikan tetapi saya tidak memiliki kesabaran.” Pemikiran seperti itu keliru karena keseluruhan aspek buah Roh yang disebutkan di atas merupakan hal yang akan dimiliki dan diaplikasikan setiap orang percay dalam kehidupan sehari-hari. Ia tidak bisa memilih apa yang ia mau. Jika ia sungguh-sungguh sudah percaya pada Yesus Kristus maka buah Roh ini akan semakin nampak dalam hidupnya. Ia harus bersandar dan berserah kepada Tuhan serta melakukan apa yang Allah perintahkan. Roh Allah akan memampukan setiap orang percaya untuk menghasilkan buah Roh ini dalam kehidupannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, buah Roh bisa berfungsi sebagai faktor pembeda antara seorang percaya dengan seorang tidak percaya. Seseorang bisa saja mengklam sebagai orang percaya tetapi jika buah Roh ini tidak teraplikasi dan tercermin dalam kehidupannya sehari-hari, ia bukanlah orang peracaya. Buah Roh ini merupakan buah pertobatan yang akan diekspresikan seorang percaya dalam hubungannya dengan orang lain. Percaya pada Yesus bukan hanya dengan mengakui dengan mulut saja tetapi juga harus terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan penting pembaca saat ini, apakah engkau sudah mempertunjukkan buah Roh itu dalam hidupmu? Bisakah engkau melihat kasih, sukacita, damai sejahtera, panjang sabar dan sebagainya dalam hidupmu? Apakah orang lain bisa merasakan dan melihat ada perbedaan dalam dirimu setelah engkau menjadi seorang percaya? Tentu perbedaan di sini bukan perbedaan yang semakin buruk dan jahat, tetapi perbedaan sebagai refleksi dan aplikasi dari buah Roh yang engkau pertunjukkan kepada orang-orang di sekitarmu yang sudah mengenalmu sebelumnya. Mereka melihat hal-hal istimewa dalam dirimu dimana sebelum tidak mereka temukan.
Perubahan apa yang bisa dilihat anggota keluargamu dalam dirimu setelah engkau percaya pada Yesus Kristus? Apakah engkau semakin baik, murah hati, sabar, lemah lembut dan menguasai diri? Jika engkau mempertunjukkan semua itu, maka engkau dengan pertolongan Tuhan akan bisa memenangkan anggota keluargamu kepada Kristus. Tetapi sering sekali seorang percaya dalam keluarga non-Kristen tidak mempertunjukkan hal itu sehingga anggota keluarganya membenci Kekristenan dan menghujatnya. Mereka tidak memiliki rasa simpatik dengan Kekristenan karena kesaksian anggota keluarga yang semakin buruk setelah menjadi orang Kristen. Betapa berbahaya kesaksian sedemikian!
Buah Roh Merupakan Bukti Keselamatan
Jika Tuhan masih memilik anugerah dan kemurahannya kepadamu dengan memberikan kesempatan hidup setelah menjadi percaya, itu adalah kesempatan untuk mempertunjukkan buah keselamatanmu. Cobalah bandingkan dengan seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus yang berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Lukas 23:42). Ia tidak memiliki kesempatan untuk mempertunjukkan iman dan kepercayaannya kepada siapapun juga. Ia hanya mempertunjukkannya kepada Yesus sendiri bahwa ia sungguh-sungguh percaya kepadaNya. Maka Yesus menjawabnya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).
Orang jahat yang bertobat ini, tidak memiliki kesempatan untuk memberitahukan kepada siapapun juga bahwa ia adalah seorang percaya dan pengikut Kristus. Ia tidak dibaptis, dan tidak dikubur menurut kebiasaan umat Kristen, tetapi ia memiliki kesalamatan dan hidup kekal. Namun ia berbeda dengan banyak orang percaya sekarang ini, dimana mereka memiliki kesempatan untuk memberitahukan dan mempertunjukkan kepada dunia siapa Tuhan yang mereka sembah. Mereka memiliki kesempatan untuk mempertunjukkan buah-buah keselamatannya kepada orang-orang yang ia kasihi, dan kepada banyak orang. Bukti keselamatan itu tidak tersembunyi tetapi dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja, di gereja, dan dimanapun Tuhan tempat, orang percaya harus berbeda dengan orang yang tidak mengenal Kristus.
Oleh karena itu, saya ingin mengatakan bahwa buah Roh adalah buah pertobatan dan buah keselamatan yang akan dipertunjukkan seorang peraya selama masih memiliki kesemapatan hidup di dunia ini. Ia memiliki kemampuan untuk mengerjakan itu bukan karena kemampuan pribadinya tetapi kerena kemampuan yang diberikan Roh Allah sendiri. Orang yang tidak pernah terpikir untuk mengasihi orang lain, ia dimampukan untuk mengasihi. Orang yang tadinya suka membuat kegaduhan dan keributan, ia dibuahkan menjadi seorang yang mencintai damai sejahtera. Orang yang tadinya pemarah, ia diubahkan menjadi orang yang penuh kesabaran. Dan banyak lagi yang bisa dikerjakan Roh Tuhan dalam diri seorang percaya. Dengan demikian, bukan hanya orang lain bisa melihat perubahan dalam diri seorang percaya tetapi ia sendiri bisa merasakan dan melihat perbedaan dalam dirinya setelah menjadi pengikut setia Kristus.
Apakah engkau sudah mendemonstrasikan buah Roh dalam hidup sehari-hari? Ujilah dirimu dan pastikan bahwa engkau seorang percaya.