HARUSKAH KRISTEN MEMBERIKAN PERSEPULUHAN?
Oleh Samson H
Perdebatan tentang ajaran persepulahan dikalangan teolog masih terus berlangsung. Ada kelompok yang berpendapat bahwa ajaran persepuluhan bukan merupakan ajaran yang harus dilakukan gereja karena itu diberikan kepada bangsa Israel. Ada pula kelompok yang mengajarkan bahwa perintah persepuluhan mutlak bagi setiap orang percaya. Dua pandangan ini mendominasi dikalangan kelompok gereja injili. Di sisi lain ada pemimpin-pemimpin gereja yang sudah menyalahartikan dan menyalahgunakan persembahan persepuluhan demi kepentingan pribadi. Namun ada juga pemimpin gereja yang merasa enggan membicarakan dan mengajarkan persembahan persepuluhan karena rasa takut dilabel sebagai pemimpin atau pendeta yang cinta uang. Ada suatu kesulitan bagi gereja tertentu untuk mengajar jemaatnya memberi persembahan seperti ini. Sebagai akibatnya tidak jarang sebuah gereja meminta pengkhotbah undangan untuk mengkhotbahkan doktrin persepuluhan. Apa sikap seperti di atas layak dimiliki seorang gembala sidang? Apa yang diajarkan Alkitab tentang persembahan persepuluhan? Apakah doktrin persembahan persepuluhan merupakan perintah bagi gereja atau hanya bagi umat Israel? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dijawab dalam artikel ini.
PERSEPULUHAN SEBELUM MASA ISRAEL
Benarkah anggapan banyak orang bahwa ajaran persepuluhan merupakan ajaran di masa Hukum Taurat? Bagi sekelompok Kristen yang menolak persembahan persepuluhan dalam gereja melatarbelakangi argumentasi dan alasannya dengan asumsi bahwa ajaran ini hanya bagi umat Israel. Namun penyelidikan Alkitab akan mematahkan pandangan ini karena justru sebelum Adanya Alkitab atau Hukum Taurat, ajaran ini sudah diberikan Allah kepada Abraham. Pertama sekali kata “persepuluhan” muncul dalam Alkitab ada dalam Kejadian 14:20. Konteksnya berkenaan dengan peperangan antara raja Kdorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengannya melawan kerajaan-kerajaan di Sodom dan Gomora, dimana Lot dan keluarganya berdomisili. Lot dan keluarganya turun ditawan dalam peperangan tersebut dan berita itu segera terdengar Abraham dari seorang pelarian.
“Ketika Abraham mendengar bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya” (Kej 14:14).
Abraham berhasil menyelamatkan Lot dan keluarganya serta harta bendanya (Kej 14:15). Pada masa itu Raja Salem (Yerusalem) yaitu Melkisedek, seorang imam Allah Yang Mahatinggi memberkati Abraham atas apa yang telah ia perbuat. Raja Salem itu berkata,
“Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.” (Kejadian 14:20).
Yang menjadi pertanyaan penting di sini adalah, dari manakah Abram mengetahui ajaran ini dimana ketika Tuhan memberkatinya, ia harus memberikan persepuluhan kepada Tuhan? Seperti yang dijelaskan diatas pernyataan hal persembahan persepuluhan baru pertama kalinya dicatat dalam Alkitab dan pada masa itu, Abraham pun tidak memiliki Alkitab sebagai pendoman yang bisa dipelajari.
Memang sulit untuk mendapatkan jawaban yang pasti atas pertanyaan tersebut. Tetapi suatu asumsi yang bisa dianalisa dari kejadian ini, bahwa ajaran itu didapatkan secara lisan turun-temurun dari orangtua dan nenek moyangnya, karena dengan cara demikianlah kebenaran diberikan turun termurun. Alkitab belum dituliskan yang menjadi patokan kebenaran bagi umat percaya masa itu. Bisa dipastikan Abraham mendapatkan ajaran itu dari Ayahnya, Terah, dan Terah mendapatkannya dari ayahnya, Nahor dan kemudian diusut hingga ke nenek moyangnya, Nuh, orang benar itu, dan seterusnya. Jika diurut terus maka akan sampai kepada Adam.
Dengan kata lain meskipun tidak memiliki bukti tertulis, ajaran ini sudah ada sejak masa Adam, karena sepanjang catatan Alkitab, Allah tidak pernah secara spesifik membicarakan perintah ini kepada Abraham seperti saat Allah memerintahkan Abraham menyelenggarakan sunat. Perhatikanlah apa yang dilakukan salah satu anak Adam, yaitu Habel. Ia memberikan persembahan korban bakaran kepada Tuhan dan persembahannya diterima Tuhan (Kej 4:4). Tetapi jika diselidiki dengan seksama, tidak ditemukan catatan dalam Alkitab sebelumnya yang membahas tentang cara dan jenis persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Hal ini hanya bisa dipercayai bahwa ajaran ini diberikan Allah kepada Adam dan ia meneruskan dan mengajarkannya kepada anak-anaknya. Jika tidak demikian, anak-anak Adam tidak mengetahui persembahan seperti apa yang diinginkan Tuhan. Justru karena anak-anaknya sudah mengetahui apa yang harus dilakukan, dan Habel memilih mengikuti ajaran ayahnya tetapi Kain memilih sebaliknya. Jadi bisa disimpulkan suatu ajaran itu diberikan turun-temurun.
Dalam Kejadian 18:12-15 terdapat kata “perpuluhan” untuk kedua kalinya cicatat dalam Alktiab yaitu tentang Yakub berjanji memberikan persembahan persepuluhan. Seperti yang diketahui Abraham adalah kakek Yakub, ayahnya Ishak. Hingga pada masa Yakub belum ada firman Tertulis, Alkitab, tetapi pengajaran masih terus seperti biasanya, diberikan secara turun temurun. Sang ayah bertanggungjawab mengajarkan kebenaran firman Allah kepada anak-anaknya.
Yang menjadi pertanyaan, kenapa Yakub bisa berjanji memberikan persembahan persepuluhan? Untuk menjawabnya perlu dimengerti latarbelakang kejadian ini. Ketika Yakub melarikan diri dari Barsheba ke daerah Mesopotami, rumah pamannya, Laban, dalam perjalanan menuju Haran, di suatu malam, di Betel, Yakub bermimpi,
Di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai ke langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah Tuhan di sampingnya dan berfirman: “Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. . . . (Kej 28:12-15).
Lalu Yakub bernazar (berjanji) kepada Tuhan:
Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka Tuhan akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu” (Kej 28:20-22).
Yakub sangat mengerti jika Tuhan memberkatinya, ia harus memberikan persembahan persepuluhan dari apa yang diterima dari Tuhan. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, pada masa itu Alkitab belum ditulisan, namun suatu ajaran kebenaran hanya diberikan turun-temurun. Sama halnya dengan ajaran persepuluhan yang telah menjadi ajaran yang diberikan turun temurun dan dari mulut ke mulut.
Sangat bisa dipastikan juga bahwa selama bangsa Israel di negeri perbudakan, Mesir, mereka memiliki pengetahuan tentang persembahan ini sama seperti ajaran sunat yang diturunkan turun temurun mulai dari Abr aham hingga ke umat Israel. Semua kebenaran yang diterima Abraham dari Tuhan sudah pasti diberikan dan diajarkan kepada Ishak dan Ishak mengajarkannya kepada anak-anaknya dan seterusnya, sehingga semua ajaran yang diberikan Tuhan diterima dan dipercayai umat pilihan Tuhan. Dengan demikian bisa disimpulkan ajaran persembahan persepuluhan bukanlah ajaran yang didasarkan pada ajaran Hukum Taurat karena Kitab Taurat diberikan dan dituliskan Musa 400an tahun setelah masa Yakub, yaitu ketika Israel keluar dari Mesir.
Tuhan memberikan Hukum Taurat di padang gurun sebagai panduan bagi umat ketika sudah tiba di Tanah Perjanjian. Jadi berdasarkan analisa ini, tidak salah jika mempercayai bahwa ajaran persembahan persepuluhan sudah ada sejak masa Adam meskipun Alkitab tidak mencatat kapan ajaran ini diberikan Tuhan kepada manusia. Jika diyakini ajaran ini sudah ada sebelum masa Israel, dapat disimpulkan bahwa Tuhan menginginkan persembahan persepuluhan diberikan oleh setiap orang yang pernah hidup di dunia ini, dan terutama mereka yang percaya kepada Tuhan dan menjadi umatNya.
Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, apakah wajib memberikan persembahan persepuluhan? Jika Tuhan menuntut hal ini dari mereka yang tidak percaya, itu menjadi urusan Tuhan. Tetap sejauh pembelajaran Firman Tuhan, Alkitab tidak mencatat lebih rinci tentang kelompok yang tidak percaya. Itu menjadi wewenang Tuhan tetapi mereka yang mengasihi Tuhan harus memperhatikan dan menuruti perintahNya.
PERSEPULUHAN DALAM HUKUM TAURAT
Setelah Tuhan memberkati Abraham dan keturunannya menjadi bangsa yang besar (Kej 12:1-3), Tuhan memberikan firmanNya dalam bentuk TULISAN yang menjadi patokan dan pedoman bagi umatNya dan yang harus diajarkan yaitu hukum Taurat. Tuhan memakai Musa untuk menuliskan Hukum Taurat yaitu Kelima Buku Musa ketika bangsa Israel masih berada dalam perjalanan munuju tanah Kanaan, Tanah Perjanjian yang diberikan Tuhan kepada Israel. Dalam buku inilah, diperjelas bahwa setiap umat Israel harus memberikan persepuluhan ke rumah Tuhan dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah. Umat Israel diperintahkan untuk memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan. Coba perhatikan ayat-ayat Firman Tuhan di bawah ini:
“30Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. 31Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima. 32Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi TUHAN. 33Janganlah dipilih-pilih mana yang baik dan mana yang buruk, dan janganlah ditukar; jikalau orang menukarnya juga, maka baik hewan itu maupun tukarnya haruslah kudus dan tidak boleh ditebus.” 34Itulah perintah-perintah yang diperintahkan TUHAN kepada Musa di gunung Sinai untuk disampaikan kepada orang Israel” (Imamat 27:30-34).
“Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan” (Bilangan 18:21).
“Sebab persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN sebagai persembahan khusus Kuberikan kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya Aku telah berfirman tentang mereka: Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel” (Bilangan 18:24) .
“Lagi haruslah engkau berbicara kepada orang Lewi dan berkata kepada mereka: Apabila kamu menerima dari pihak orang Israel persembahan persepuluhan yang Kuberikan kepadamu dari pihak mereka sebagai milik pusakamu, maka haruslah kamu mempersembahkan sebagian dari padanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN, yakni persembahan persepuluhanmu dari persembahan persepuluhan itu” (Bilangan 18:26).
“Secara demikian kamupun harus mempersembahkan sebagai persembahan khusus kepada TUHAN sebagian dari segala persembahan persepuluhan yang kamu terima dari pihak orang Israel. Dan yang dipersembahkan dari padanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN haruslah kamu serahkan kepada imam Harun” (Bilangan 18:28).
“Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu” (Ulangan 12:6).
“Maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN” (Ulangan 12:11).
“Kamu harus bersukaria di hadapan TUHAN, Allahmu, kamu ini, anakmu laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi yang di dalam tempatmu, sebab orang Lewi tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama kamu” (Ulangan 12:12).
“Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan, engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi kenyang” (Ulangan 26:12).
Apa yang dicatat dalam ayat-ayat ini adalah perintah yang akan dilakukan bangsa Israel ketika tiba di tanah Kanaan. Semua keturunan Yakub mendapatkan tanah tempat tinggal dan tempat bercocok tanam serta memelihara ternak. Tetapi hanya suku Lewi yang tidak memiliki wilayah khusus seperti suku-suku lain. Suku ini menjadi suku yang dikhususkan Tuhan untuk melayaniNya di bait Allah dan berdomisili disekitar bait Allah, namun mereka tidak memiliki lahan tempat bercocok tanam dan memelihara ternak. Hidup mereka sepenuhnya dipakai mengurus rumah Tuhan dan melayani Tuhan. Itulah sebabnya persembahan persepuluhan yang diberikan suku-suku Israel ke rumah Tuhan merupakan hak suku Lewi. Mereka akan mendapatkan bagian mereka dari persembahan tersebut.
Namun demikian Tuhan memberikan perintah khusus bagi setiap Suku Lewi. Meskipun mereka menjadi penerima persembahan persepuluhan dari mereka suku-suku Israel lainnya, mereka tidak dibebaskan dari kewajiban memberikan persembahan kepada Tuhan. Secara spesifik diberitahukan bahwa suku Lewi yang telah menerima bagiannya dari persembahan persepuluhan Israel juga diperintahkan untuk memberi persembahan persepuluhannya dari apa yang diterima. Tuhan berfirman,
“Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan” (Bilangan 18:21).
“Sebab persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada Tuhan sebagai persembahan khusus Kuberikan kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya Aku telah berfirman tentang mereka: Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel” (Bilangan 28:24).
Hal ini menjelaskan bahwa setiap umat percaya wajib memberikan persembahan persepuluhan tanpa terkecuali karena persembahan persepuluhan merupakan ungkapan cinta kasih umat percaya kepada Tuhan. Persembahan persepuluhan bukan untuk menolong Tuhan seakan-akan Ia kekurangan atau membutuhkan pertolongan dan belas kasihan.
Butir persembahan persepuluhan ini dimasukkan Allah sebagai bagian dari perintahNya untuk memperjelas ajaran yang telah diberikan Allah kepada Abraham, Nuh, dan Adam. Dengan dituliskannya perintah persembahan ini, umat Israel tidak bisa berdalih untuk tidak melakukannya. Mereka tidak bisa berdalih tidak mengetahui atau tidak diajarkan orangtuanya karena Tuhan sudah memberikannya kepada umat Israel dalam suatu Kitab.
Dengan demikian ajaran ini bukanlah perintah baru, tetapi perintah tertulis baru yang diberikan Tuhan ketika Musa memimpin Israel keluar dari Mesir. Tuhan telah memerintahkan dan umatNya harus melakukannya sebagai bukti ketaatan mereka kepadaNya. Jadi terlihat dengan jelas bahwa ajaran persembahan persepuluhan bukanlah ajaran yang hanya didasarkan oleh Hukum Taurat yang dikhususkan bagi umat Israel, karena jauh sebelum bangsa Israel lahir, ajaran ini sudah menjadi bagian dari kehidupan orang-orang percaya atau umat Tuhan. Ajaran ini merupakan ajaran kekal yang harus dilakukan umat percaya di sepanjang masa.
PERSEPULUHAN DI MASA GEREJA
Apa yang diajarkan Kitab Perjanjian Baru tentang doktrin persepuluhan? Apakah gereja harus melakukan ajaran ini? Melihat penjelasan di atas sangat jelas bahwa ajaran ini tidak dikhususkan bagi kelompok tertentu tetapi suatu ajaran kekal yang harus dilakukan mereka yang mengasihi Tuhan, mulai dari masa Adam, Abraham, Israel hingga masa yang akan datang. Namun kenyataannya, tidak semua teolog Kristen dan gereja menerima ajaran ini sebagai suatu keharusan untuk dilaksanakan di masa gereja. Salah satu foktor yang mendorong banyak teolog dan gereja tidak mengindahkan ajaran ini karena dalam masa hidup dan pengajaran Yesus, Ia dianggap tidak menyinggung dan mengajarkan doktrin sehingga sekelompok orang berasumsi ajaran ini tidak harus dilaksanakan gereja. Mereka mengklaim bahwa tidak ada ayat Firman Tuhan yang secara mutlak memerintahkan gereja mengajarkan persembahan persepuluhan.
Untuk merespon argumentasi ini, penulis merasa perlu untuk memberikan penjelasan tentang apa yang Yesus sampaikan tentang ajaran ini dan melihat aplikasi ajaran ini dalam kehidupan umat Kristen pada masa gereja mula-mula.
Ajaran Yesus tentang Persepuluhan
Banyak orang beranggapan bahwa Yesus tidak mengajarkan dan memerintahkan pengikutnya untuk memberikan persembahan persepuluhan karena tidak menemukan suatu tulisan ekplisit tentang itu. Namun jika diselidiki dengan seksama, sebenaranya Yesus selama pelayananNya sungguh-sungguh mengajarkan persembahan Persepuluhan. Satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa Yesus datang untuk meluruskan banyak ajaran yang telah disalahgunakan, dirusak dan dikesampingkan serta tidak dilakukan umat Israel khususnya para pemimpin agama Yahudi masa itu. Itulah sebabnya Yesus sering menegur dan mendobrak ajaran, tradisi dan adat istiadat umat Israel yang bertentangan dengan ajaran firman Allah. Setiap ajaran yang tidak sejalan dengan apa yang Tuhan tuliskan dalam Alkitab diluruskan Yesus agar umat Israel mengetahui dan kembali kepada Firman Allah. Coba perhatikan apa yang Yesus sampaikan kepada para pemimpin agama saat itu dalam ayat ayat berikut:
“13Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk” (Matius 23:13).
“14Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat” (Matius 23:14)
“15Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri” (Matius 23:15).
“16Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. 17Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? 18Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. 19Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? 20Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. 21Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. 22Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya” (Matius 23:16-22).
“23Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. 24Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan” (Matius 23:23-24).
“25Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. 26Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih” (Matius 23:25-26).
“27Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. 28Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan” (Matius 23:27-28).
“29Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh 30dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. 31Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. 32Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!” (Matius 23:29-32).
“33Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? 34Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, 35supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. 36Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini! (Matius 23:33-36).
Semua ucapan “celakalah” yang disampaika Yesus di atas memberikan gambaran betapa bobroknya pemimpin-pemimpin agama di masa itu. Ia mengutuki mereka atas segala perbuatan mereka yang telah menjerumuskan umat Israel menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan.
Namun demikian Yesus tidak pernah mengutak-atik ajaran persembahan persepuluhan karena ajaran itu harus dilakukan dan memang setiap umat Israel masa itu telah mengerti kewajiabannya dalam memberikan persembahan persepuluhan meskipun banyak umat Israel melakukannya sebagai formalitas dan dengan berbagai kesalahan dan kecurangan. Sudah barang tentu perbuatan seperti itu tidak benar. Tuhan memakai Nabi Maleakhi menegur dan memarahi umat Israel ketika mereka melakukan kesalahan dalam memberi persembahan kepada Tuhan. Cobalah simak ayat-ayat berikut,
“6Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap. 7Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?” 8Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! 9Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! 10Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. 11Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. 12Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam” (Maleakh 3:6-12).
Ada penyimpangan luar biasa terjadi dan Tuhan tidak membiarkan hal itu terjadi. Besar kemungkinan pengaruh tulisan Maleahi masih melekat dalam pemikiran umat Israel sehingga mereka tetap memelihara ajaran ini, meskipun tidak bisa dipungkiri ada banyak umat Israel yang terus menerus tidak setia melaksanakan persembahan ini sebagaimana dimaksud Tuhan. Namun secara prinsip umat Israel sadar bahwa mereka wajib memberikan persembahan persepuluhan.
Namun demikian kesalahan yang dilakukan sekelompok orang terutama para pemimpin agama pada masa itu membuat Yesus harus menyinggung ajaran ini, namun bukan untuk membatalkan atau meniadakan ajaran persembahan persepuluhan. Cobalah baca Matius 22:15-22 dibawah ini:
“15Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. 16Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. 17Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” 18Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? 19Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 20Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” 21Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” 22Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi”
Yesus di sini dicobai orang-orang Farisi perihal membayar pajak kepada Kaisar. Mereka ingin menjebakNya dengan pertanyaan yang mereka anggap sebagai pertanyaan pamungkas yang akan menjerat Yesus. Mereka tidak sadar bahwa Yesus mengetahui semua rencana dan isi hati mereka. Lalu mereka bertanya,
“Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” (Matius 22:17).
Tidak ada yang sulit dalam pertanyaan ini. Yesus telah mengetahui niat busuk mereka yang hanya ingin mencobaiNya. Lalu Ia menjawab,
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:21).
Meskipun jawaban ini sederhana tetapi implikasi pernyataan Yesus mencakup keseluruhan tanggungjawab dan kewajiban umat Farisi dan umat Israel yang juga turut mendengar perkataan tersebut. Ini merupakan kesimpulan akhir dalam melaksanakan kewajiban pemberian kepada Tuhan.
Apa yang wajib diberikan kepada Tuhan yang berkaitan dengan konteks di atas? Jawabannya adalah persembahan persepuluhan karena persembahan ini merupakan yang wajib dilakukan umat Israel. Umat Israel sadar akan kewajibannya dalam memberi persembahan kepada Tuhan.
Pada kesempatan lain, Yesus menjelaskan ajaran ini, ketika Ia mengucapkan kata-kata kutuk kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Ia berkata,
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (Matius 23:23).
Apa sebenarnya maksud ayat ini? Yesus di sini mengutuk ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang adalah pemimpin agama Yahudi di masa itu. Mereka dinyatakan sebagai orang-orang munafik karena mereka mencoba setia dalam memberikan persembahan persepuluhan dari hasil penjualan tumbuhan selasih, adas manis dan jintan yang pada saat itu merupakan tumbahan penting sebagai bahan parfum atau wangi-wangian.
Tidak ada yang salah dalam memberikan persepuluhan dari apa yang dihasilkan mereka karena itu wajib diberikan kepada Tuhan. Namun yang menjadi permasalahan mereka melakukan dan menonjolkan ajaran yang satu dan mengabaikan ajaran yang terpenting yang berkaitan dengan hidup umat Israel. Yesus memarahi mereka bukan karena memberikan persembahan persepuluhan tetapi karena mengabaikan pengajaran terpenting yaitu keadilan, belas kasihan dan kesetiaan.
Perhatikan kalimat terakhir dalam ayat ini, “Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” memberikan pentunjuk dalam konteks bahwa ajaran persembahan persepuluhan harus dilakukan, namun ketika berusaha setia melakukannya, jangan sekali-kali mengorbankan dan mengabaikan pengajaran-pengajaran lain dalan Alkitab. Jadi Matius 23:23 memegerikan penegasan bahwa ajaran persembahan persepuluahn dikukuhkan Yesus sebagai persembahan wajib bagi umat percaya di Perjanjian Baru.
Persepuluhan di masa gereja mula-mula
Meskipun ajaran persembahan persepuluhan tidak secara gamblang dipaparkan dan diajarkan Yesus, gereja mula-mula mengetahui bahwa persembahan persepuluhan merupakan ajaran mutlak yang wajib dilakukan gereja dan umat percaya. Gereje mula-mula tidak memberikan suatu kesan ragu ketika memberikan persembahan kepada Tuhan.
Kisah Para Rasul 4:32-37 merupakan perikope penting yang tidak bisa diabaikan.
“32Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan bersama. 33Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 34Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 35dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 36Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Branabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.”
Berdasarkan ayat-ayat di atas, tidak bisa menyangkal bahwa persembahan persepuluhan merupakan ajaran yang telah dilaksanakan umat Tuhan pada masa gereja mula-mula. Hal ini terlihat dan dicatat dalam firman Allah, bahwa gereja mula-mula dengan kerelaan hati, mau mengembalikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan.
Kisah Para Rasul 4:32-37 memberikan suatu teladan dan gambaran umat percaya yang mengasihi Tuhan. Persembahan persepuluhan bukan merupakan suatu pilihan bagi umat Kristen tetapi kewajiban yang disertai dengan kesadaran dan kerelaan mengembalikan apa yang wajib diberikan kepada Tuhan. Pada kenyataannya, jemaat gereja mula-mula bukan hanya memberikan sepersepuluh dari berkat Tuhan yang diterima, tetapi memberikan lebih dari sepersepuluh dari apa yang ia miliki. Ada yang memberi 20%, 30%, 40%, 50% bahkan lebih daripada itu, seperti yang dicatat dalam Kisah 4:32-37. Mereka menjual harta miliknya untuk diberikan kepada Tuhan yang kemudian dipergunakan untuk membantu jemaat yang miskin dan berkekurangan. Pengalaman seperti ini tentu sangat jarang dijumpai sekarang ini.
PERSEPULUHAN SEBAGAI BUKTI KASIH KEPADA TUHAN
Jika berbicara tentang dosa yang dilakukan umat Kristen di masa sekarang, mungkin dosa yang paling besar adalah dosa tidak mengembalikan persembahan Persepuluhan. Sering umat Kristen merasa berat hati memberikan persembahan persepuluhan. Bahkan ada orang merasa, ia harus menjadi seorang kaya dulu, baru kemudian memberikan persembahan persepuluhan. Ia harus makmur dulu, baru kemudian mencari Tuhan. Orang-orang sedemikian sesungguhnya sedang ditipu oleh kelicikan hatinya. Mereka tidak sadar bahwa ada dosa dan Iblis yang telah mempengaruhi pola pikirnya untuk menentang ajaran Tuhan. Permasalahan yang sangat mendasar umat Kristen seperti ini adalah kasih mereka yang sudah semakin menipis (kecil) kepada Tuhan bahkan mereka telah kehilangan kasih yang mula-mula (Wahyu 2:4).
Namun di sisi lain, ada juga umat Kristen yang rajin memberikan persembahan persepuluhan dengan maksud mendapatkan berkat yang lebih besar dari Tuhan. Persembahan yang diberikan seakan-akan bertindak sebagai pancingan untuk mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Tindakan seperti ini tentu sudah terkontaminasi oleh pengajaran yang tidak baik, khususnya pengajaran gereja tertentu tentang Teologia Sukses atau Teologia Kemakmuran. Mereka memberi bukan karena mengasihi Tuhan tetapi karena sang pendeta mengajarkan bahwa jika memberi lebih besar, mereka akan menerima yang lebih besar lagi dan jika memberi sedikit maka akan menerima sedikit pula. Unsur kasih tidak terdapat pada tindakan seperti ini. Ketika mereka tidak mendapatkan apa yang telah dijanjikan, mereka menjadi umat Kristen yang murtad dan kecewa. Mereka meninggalkan gereja dan menganggap gereja pembohong besar. Orang-orang seperti ini sering ditipu oleh mereka yang menyalah-artikan dan menyalah-gunakan ajaran firman Allah. Mereka hanya mendengar apa yang dikhotbahkan tetapi tidak melihat apa yang diajarkan Alkitab.
Jika diselidiki lebih seksama, memberikan persepuluhan sebenarnya bukanlah memberi agar Tuhan senang kepada umatnya, tetapi karena persepuluhan itu merupakan hak Tuhan dan wajib diberikan. Itu bagian Tuhan. Jika ingin mengatakan dengan istilah pemerintahan sebuah negara, itu hampir sama dengan pajak yang diberikan kepada pemerintah. Sebagai warga negara yang baik yang mencintai negaranya, ia harus membayar pajak karena itu kewajibannya dan bukan agar pemerintah senang terhadapnya. Tentu Tuhan tidak menginginkan umatnya memberikan persembahan persepuluhan seperti memberikan pajak kepada pemerintah. Gambaran tadi hanya sekedar perbandinga saja. Tuhan ingin umatnya secara sadar mengembalikan persepuluhan karena telah merasakan berkat dan kemurahan Tuhan dalam hidupnya. Mereka sadar bahwa TUHAN adalah Allah yang sangat mengasihi mereka.
Jadi ketika seseorang memberikan persembahan persepuluhan, sesungguhnya ia ingin mengungkapkan isi hatinya yang penuh dengan ucapan syukur. Dengan kata lain, memberikan persembahan persepuluhan merupakan bukti cinta kasih umat percaya kepada Tuhan dan bukti ketaatannya terhadap semua perintah Tuhan dalam Alkitab. Setiap pemberian kepada Tuhan harus selalu didasarkan atas kasih dan ketaatan. Seandainya seseorang memberikan sejumlah uang kepada Tuhan, itu membuktikan ia mengasihi Tuhan lebih dari nilai uang yang telah diberikan. Jika ia lebih mengasihi uang itu, maka ia tidak akan memberikannya kepada Tuhan. Jadi ketika seseorang berkata ia akan memberi persepuluhan ketika sudah kaya atau mendapatkan gaji yang lebih besar, niscaya hal itu dilaksanakan meskipun ia telah mendapatkan apa yang diimpikannya. Ia justru akan semakin rakus dan licik dan diperdaya oleh hatinya yang busuk dan yang penuh dosa.
Ketika Tuhan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan memberikan tanah Kanaan sebagai warisan, mereka tidak menolak perintah persembahan persepuluhan. Mereka tahu bahwa kasih karunia Allah bagi mereka telah tak terhitung jumlahnya. Mereka telah dibebaskan dari perbudakan, dan akan memasuki tanah perjanjian yang makmur. Jangankan sepuluh persen, seandainya diminta sembilan puluh persen pun mereka tidak akan merasa keberatan karena apa yang akan mereka miliki semata-mata pemberian Allah. Tetapi Tuhan tidak melakukan itu, Ia hanya meminta sepersepuh agar ada perbedaharaan di rumah Tuhan dan mencukupi kebutuhan mereka yang melayani Tuhan di Bait Allah.
Kalau dibandingkan dengan keadaan bangsa Israel, umat Kristen sepatutnya memberikan persembahan bukan hanya sepuluh persen melainkan dua puluh persen atau bahkan lebih karena mereka telah dibebaskan dari neraka bukan hanya dari perbudakan dosa tetapi mendapatkan hidup yang kekal dan sorga. Namun Tuhan memberikan yang terbaik bagi umatnya untuk ditaati.
Seperti telah disampaikan diatas, persembahan persepuluhan merupakan bukti cinta kasih dan ketaatan umat percaya keapda Tuhan. Jika memang kasihnya lebih besar kepada Allah, sepatutnya ia tidak memiliki masalah untuk mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan. Justru ia harus merasa bersyukur karena bisa mengembalikan sebagian dari apa yang Tuhan berikan kepadanya. Jangan pernah merasa telah berjasa menolong Tuhan ketika memberikan persepuluhan. Jangan juga merasa telah berjasa menolong gereja ketika memberikan persepuluhan, tetapi justru sebaliknya, sadar bahwa itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan sebagai umat Tuhan. Jika tidak mengembalikan persembahan persepuluhan sepatutnya merasa malu menghadap hadirat Tuhan. Bahkan dihadapan Tuhan ia menjadi seorang pencuri (perampok) seperti yang dicatat Nabi Maleakhi dalam Maleakhi 3:8-10,
Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Nabi Maleaki menjelaskan bahwa persembahan persepuluhan itu adalah hak dan milik Tuhan yang wajib dikembalikan umatNya. Siapa yang tidak bersedia mengembalikan persembahan persepuluhan adalah perampok harta Tuhan. Kata “menipu” dalam Maleakhi 3:8 sesungguhnya memiliki pengertian “mencuri, merampas dan merampok.” Itulah sebabnya Tuhan mengatakan bangsa Israel “telah kena kutuk.”
Oleh karena itu umat Kristen jangan pernah lagi beranggapan bahwa ajaran ini hanya bagi umat Israel tetapi ini ajaran kekal yang harus dilakukan setiap umat Tuhan. Namun umat Kristen sering tidak perduli akan hal-hal rohani seperti itu, mereka lebih memilih menyenangkan hatinya. Ilustrasi dibawah ini mungkin bermanfaat untuk merefleksikan tingkat kerohanian pembaca dan sekaligus menilai seberapa besar kasihnya kepada Tuhan. Lihatlah apa pembaca memilih hal rohani atau duniawi:
“Apa yang paling mengganggu kamu”:
Seseorang tersesat di neraka. . . . atau satu goresan pada mobil baru kamu?
Tidak mengikuti kebaktian . . . . atau tidak masuk kerja satu hari?
Khotbah 10 menit lebih lama . . . . atau makan siang setengah jam lebih lama?
Gereja tidak bertumbuh . . . . atau tanam-tanaman kamu tidak bertumbuh?
Tidak membaca Alkitab . . . . atau tidak membaca Koran?
Pelayanan gereja diabaikan . . . . atau pekerjaan rumah diabaikan?
Tidak mengikuti persekutuan. . . . atau tidak nonton program TV favorit kamu?
Persepuluhan kamu menurun . . . . atau pendapatan/penghasilan kamu menurun?
Anak kamu terlambat ke sekolah Minggu dan gereja . . . . atau terlambat ke sekolah umum?
Mana yang benar-benar mengganggu?
PENYALAHGUNAAN DOKTRIN PERSEPULUHAN
Bukan suatu rahasia lagi di kalangan umat Kristen jika persembahan persepuluhan sering dimanfaatkan pemimpin gereja tertentu. Berkenaan dengan kegunaan persembahan persepuluhan dalam gereja, ada tiga pandangan yang perlu ditelusuri:
- Pertama, kelompok yang mengajarkan PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN MILIK PENDETA. Biasanya kelompok yang mempercayai ajaran ini akan menafsirkan suku Lewi, penerima persembahan persepuluhan di Perjanjian Lama sama dengan Pendeta dalam gereja. Dengan demikian Pendeta mengklaim semua persembahan persepuluhan merupakan milik dan hak prerogatifnya. Dengan motif ini, maka tidak heran jika kelompok seperti ini para hamba Tuhannya cenderung ingin membuka gereja sendiri agar bisa mendapatkan hak ini. Semakin besar jumlah jemaatnya maka semakin besar uang yang akan didapatkan.
Biasanya para asisten dan guru injil mendapatkan gaji atas kemurahan sang Pendeta sebagai penerima persembahan persepuluhan. Itulah sebabnya terkadang terdengar pelaksanaan yang ekstrim dalam pemungutan persembahan persepuluhan. Pendata bahkan memberikan pengawasan terhadap penjualan kambing yang dilakukan jemaatnya. Sang pendeta turut ikut ke pasar agar ia tahu jumlah harga jual kambing tersebut, dan meminta langsung sepersepuluh dari penjualannya.
Ada juga pendeta yang menentukan minggu tertentu sebagai minggu pengumpulan persembahan persepuluhan dan ketika seorang jemaat tidak hadir pada kebaktian itu, keesokan harinya sang pendeta mengirimkan utusan ke rumah jemaat itu dengan membawa amplop persepuluhan untuk dibayarkan. Mungkin pembaca merasa aneh dengan tindakan seperti tetapi itulah yang terjadi di gereja tertentu di Indonesia. Bahkan karena ajaran itu sudah begitu alami, ketika jemaat beli sepuluh buah apel di pasar, satu biji apel menjadi milik pendeta dan diantarkan ke rumahnya. Kedengarannya memang aneh dan ganjil, tetapi itu telah terjadi dan membuktikan bahwa ada penyimpangan mengenai persembahan persepuluhan.
- Kedua, kelompok yang mengajarkan PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN BUKAN SEPENUHNYA MILIK PENDETA. Hampir sama dengan kelompok pertama di atas, kelompok ini juga akan menyamakan pendeta dengan Suku Lewi yang menerima hak atas persembahan persepuluhan. Tetapi kelompok ini mengatakan bahwa pendeta hanya berhak mendapatkan sebelas enplop persepuluhan dari seluruh persembahan persepuluhan yang terkumpul. Sama seperti sebelas suku Israel membekali satu suku Lewi melalui persembahan persepuluhan. Pertanyaannya adalah, bagaimana pelaksanaan pengambilan enplop perpuluhan tersebut? Apakah sang pendeta mengambil 11 enplop terbanyak setelah diketahui isinya atau mengambil secara acak sebelum membuka isinya, tentu itu menjadi ukuran internal gereja tersebut. Namun pola ini juga memiliki peluang disalahgunakan.
- Ketiga, kelompok yang mengajarkan PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN SEPENUHNYA MILIK GEREJA. Biasanya gereja yang mempercayai ajaran ini akan mengumpulkan persembahan persepuluhan dan menyerahkannya kepada bendahara gereja untuk dicatat dan disimpan dan kemudian majelis gereja mengelolanya untuk dipakai dalam pembangunan pelayann gereja dan penginjilan. Sang pendeta tidak memiliki hak atas persembahan persepuluhan tersebut. Pendeta, guru injil dan staf gereja lainnya mendapatkan gaji atau tunjangan sesuai dengan jumlah yang ditetapkan para majelis gereja sesuai dengan jabatan, tanggungjawab, lamanya mengabdi, tugas yang diemban, jenjang pendidikan dan kebutuhan anggota keluarganya dan sebagainya. Dengan demikian persembahan persepuluhan, persembahan khusus (kolekte) dan persembahan ucapan syukur jemaat dikumpulkan untuk dipergunakan sebagai gaji para hamba Tuhan dan staf gereja serta menjadi modal pembangunan dan pemeliharaan gedung gereja. Dana ini juga dipakai untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan serta dana pembukaan pelayanan dan pengiriman misionaris, atau biaya program-program lainnya yang berhubungan dengan pelayanan gereja. Namun demikian, jemaat yang diberkati melalui pelayanan para hamba Tuhan dalam sebuah gereja masih tetap bisa memberikan persembahan khusus yang ditujukan langsung kepada hamba Tuhan seperti pendeta, guru injil dan lainnya. Persembahan sedemikian, biasanya akan diberikan langsung oleh bendahara gereja kepada hamba Tuhan yang namanya tertera dalam enplop tersebut jika persembahan itu dimasukkan ke dalam kantong persembahan gereja.
Berdasarkan analisa penulis, kelompok ketiga ini lebih alkitabiah karena dua kelompok terdahulu tidak memiliki dasar untuk menyamakan pendeta dengan suku Lewi. Bayangkan jika sebuah jemaat terdiri dari 5,000 jemaat yang setia memberikan persepuluhan, sang pendeta akan menjadi seorang millionare. Tuhan tidak pernah menjadikan gereja menjadi ladang kekayaan. Petrus yang sering dikatakan sebagai pemimpin rasul di masa gereja mula-mula, yang ketika berkhotbah, 3,000 orang bertobat tidak memberikan indikasi bahwa ia pewaris persembahan persepuluhan jemaat Yerusalem masa itu. Ia justru memilih pergi meninggalkan Yerusalem dan gereja besar itu dan memberitakan injil ke luar daerah. Kisah Para Rasul 4:32-37 yang merupakan cara hidup jemaat mula-mula, tidak mencerminkan persembahan jemaat merupakan hak milik para pemimpin gereja tersebut, tetapi semua persembahan dipergunakan untuk kegiatan kerohanian dan kemajuan pemberitaan Injil
Bagaimana jika seandainya sebuah gereja memiliki jemaat yang banyak tetapi miskin? Mungkinkah sang pendeta akan tetap melayani ketika ia tidak mendapatkan apa-apa dari persembahan persepuluhan? Jika persembahan persepuluhan dianggap sebagai milik sang pendeta, maka gereja di perkampungan dan dusun akan diabaikan. Gereja akan menjamur di kota saja karena di situ ada banyak uang dan kekeayaan. Berhati-hatilah dan jangan tertibu oleh kelicikan hati sendiri. Tidak heran Paulus berkata, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Timotius 6:10). Manusia akan mengatasnamakan Tuhan, gereja dan pelayanan hanya untuk mendapatkan uang. Hanya mereka yang sungguh-sungguh memiliki panggilan Tuhan sebagai PELAYAN TUHAN akan melihat TUHAN lebih berharga dari uang dan kekayaan.
Berilah persembahan persepuluhan kepada Tuhan sebagai bukti kasih kamu kepada Kristus yang telah mengasihi dan menyelamatkan serta memberkati kamu. Berilah persembahan persepuluhan sebagai bukti ketaatan kamu kepada perintah Tuhan.