Teologi Sukses

TEOLOGIA SUKSES: PENYIMPANGAN DARI FIRMAN TUHAN

Oleh Samson H

Jika pada mulanya teologia sukses hanya diadopsi segelintir gereja namun sekarang ini telah merembes ke berbagai denominasi gereja dan menganggapnya sebagai kebenaran Alkitabiah. Aspek kesuksesan dan kemakmuran menjadi dasar yang menarik berbagai lapisan masyarakat menjadi pengikut dan anggota gereja penganut ajaran ini. Siapapun manusia di dunia ini memiliki keinginan sukses dan makmur secara materi. Dengan modal membuat orang menjadi kaya dan sukses menjadikan penganut ajaran ini sebagai target berbagai lapisan masyarakat yang ingin kaya dan sukses dengan tanpa memperdulikan keabsahan kebenaran ini. Mereka yang tidak memiliki pengetahuan Alkitab dan yang tidak memiliki kesensitifan rohani menjadi target utama ajaran ini. Tidak heran, gereja yang mengadopsi ajaran ini dipenuhi ribuan orang dalam setiap ibadah yang diselenggarakan.

Namun yang menjadi pertanyaan penting, adakah dasar dan pondasi eksplisit ajaran ini dalam Alkitab? Bagaimana ajaran Yesus dan para rasul tentang kekayaan dan kemakmuran? Benarkah orang percaya dijanjikan menjadi kaya dan makmur? Bagaimana sejarah dan awal mula ajaran ini menyelusup ke dalam gereja?

AJARAN TEOLOGIA SUKSES

Pada umumnya, penginjil Amerika yang bernama Kenneth E. Hagin (lahir 1917) dianggap sebagai pendiri dan pemimpin Teologia Sukses atau Kemakmuran. Dialah pertama kali mengumandangkan ajaran ini sebagai ajaran alkitabiah. Keberhasilannya dalam mengelola gereja sebagai gereja besar dan sukses telah mempengaruhi berbagai gereja dan berkeinginan mengadopsi pola dan system ajaran yang sama. Beragai gereja berbondong-bondong mempelajari keberhasilannya dan mencoba menerapkannya di gereja masing-masing. Dalam waktu singkat ajaran teologi sukses merambat ke berbagai gereja di seluruh dunia.

Namun demikian teologia sukses juga berkembang dengan adanya kontribusi berbagai lapisan pemikir, teolog dan pimpinan gereja di berbagai belahan dunia. Beberapa orang di bawah ini telah memberikan kontribusi nyata dalam pemikiran teologia sukses yang diidolakan gereja-gereja masa kini.

Norman Vincent Peale dikenal dengan ajarannya “Positive Thinking”

Robert Schuller dikenal dengan ajarannya “Possibility Thinking”

Paul Yonggi Cho dikenal dengan ajarannya “Dimensi Keempat”

Kenneth Hagin lebih dikenal dengan “Positive Confession”

John Avanzini mengkhotbahkan “Injil Sukses” dan tentang “Uang dan Persembahan”

Pemikiran dan ajaran yang dikumandangkan orang-orang diatas melalui tulisan dan pengelolaan gerejanya mengokohkan modal perkembangan teologia sukses. Ajaran-ajaran mereka telah disatukan untuk mendapatkan hasil yang dikenal dengan “SUKSES” dalam hidup dan bergereja. Dengan penggabungan ajaran ini gereja penganut teologia sukses bisa mengklaim sebagai gereja sukses yang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Moto Yang Dianut: “Tuhan ingin kamu kaya”

Para pengajar dan penginjil Teologia Sukses selalu menekankan moto ini, “Tuhan menginginkan Anda menjadi orang kaya.” Penekanan ini telah mempengaruhi para pemirsa untuk berpikir menjadi seorang kaya. Sehingga dalam pemikiran setiap pendengar kekayaan menjadi yang paling utama karena itu adalah kehendak Allah bagi mereka. Namun untuk mencapai kesuksesan, dan kemakmuran ini ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin menjadi kaya. Setiap orang yang ingin kaya harus mengikuti pola dan prinsip yang mereka adopsi, sebagai formula untuk berhasil.

Berpikir positif

“Berpikir Positif atau Positive Thinking merupakan ajaran yang sangat ditekankan sebagai salah satu metode yang dipraktekkan di kalangan Teologia Sukses dan diajarkan baik oleh Norman Vincent Peale, Robert Schuller, Paul Yonggi Cho maupun umumnya penginjil-penginjil Sukses lainnya. Ajaran ini memang menarik karena meletakkan aktivitas menghadapi hidup di tangan manusia khususnya kemampuan berpikir, karena itu dapat dimaklumi kalau pengaruhnya menyebar ke mana-mana termasuk di kalangan komunitas di gereja.” Siapa yang tidak ingin kaya terutama ketika diberikan formula yang dianggap sukses membuat seseorang menjadi orang kaya. Orang berbondong-bondong untuk mendengarkan formula sedemikian.

Positive Thinking mengajarkan bahwa pikiran manusia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menghasilkan apa yang ia inginkan. Vincent Peaple sendiri mengatakan bahwa pengajarannya bertujuan untuk “kesuksesan dan kesembuhan pikiran” berupa “sukses materi dan status sosial yang tinggi.”

Pada prinsipnya dalam positive thinking ada anggapan bahwa pikiran kita mempunyai kekuatan dalam diri sendiri, dan kekuatan itu dapat dikembangkan untuk mencapai potensi yang penuh. Di sini kekuatan itu dianggap sudah inheren dalam diri manusia, jadi segala sesuatu bisa terjadi atau tidak terjadi bila kita menggunakan kekuatan pikiran. Dalam positive thinking iman sering diberi pengertian yang berbeda dari arti iman dalam Alkitab. Dalam positive thinking, iman diberi pengertian yang artinya kemampuan mengolah kekuatan pikiran atau kekuatan batin (inner power).

Para pemikir: Positive thinking dalam menjadikan ajaran mereka berciri Kristen sering mengutip ayat-ayat dan cerita Alkitab untuk mendukung pandangan mereka, antara lain dengan menganggap bahwa kasus Kaleb dan Daud adalah contoh kemenangan yang diperoleh karena pikiran positif mereka. Tetapi kalau kita mempelajari Alkitab dengan benar tentunya dengan jelas bisa diketahui bahwa kesimpulan itu tidak benar. Tidak ada ayat dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa berpikir positif akan menghasilkan sesuatu apapun yang diinginkan. Alkitab mengajarkan untuk bersandar kepada Tuhan dan bukan pada pengertian diri kita sendiri “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5).

Visualisasi

“Visualisasi hampir merata diajarkan oleh para penginjil Sukses sebagai salah satu metoda untuk memperoleh sesuatu. Hal ini menarik untuk disimak, sebab ajaran visualisasi memang merupakan praktek umum dalam perdukunan dan mistik, sedang dalam Alkitab ajaran visualisasi tidak dijumpai. Dalam ajaran visualisasi yang dipopulerkan dikalangan Teologia Sukses terdapat pengertian yang kabur yang mencampuradukkan antara pernyataan atau wahyu berupa penglihatan (revelation/vision) dan bayangan manusia sendiri berupa visualisasi (membayangkan). Pada prinsipnya ajaran visualisasi demikian yang dipopulerkan kedalam kekristenan.”

Visualisasi adalah suatu pengajaran bahwa jikalau seseorang ingin memperoleh sesuatu ia harus mampu membayangkan apa yang diinginkan. Hal ini dapat diumpamakan dengan pekerjaan seorang arsitektur. Seorang Arsitek harus mampu melihat bahwa dalam mengembangkan gagasan rencananya, dia membuat bayangan visualisasi rencana yang dicita-citakan.

Ajaran mengenai kekuatan pikiran dan visualisasi menunjukkan dengan jelas sinkretisme dengan ajaran psikologi baru dan perdukunan atau kebatinan, sebab justru praktek-praktek demikianlah yang banyak dipraktekkan dalam psikologi modern, hipnotisme, Zen Buddhisme, Yoga, Taoisme dan juga Gerakan Zaman Baru.

Pengaruh perdukunan atau mistik juga bisa dilihat dengan praktek visualisasi yang sama yang dipraktekkan dikalangan dukun-dukun modern. Barbara Stabiner, pemuka Gerakan Zaman Baru dan seorang clairvoyant (orang yang mempunyai kemampuan melihat hal-hal yang akan datang), dalam bukunya ia mengajarkan teknik visualisasi yang sama. Misalnya untuk mencari tempat parkir, ia mengatakan bahwa:

“Bila kita mengendarai mobil mencari temat parkir, kita harus memvisualisasikan tempat parkir yang bagaimana yang kita kehendaki, maka kita akan memperolehnya” (The Unseen World, hlm 52).

Kemudian ia juga mengatakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka harus melakukan langkah-langkah visualisasi berikut: Visualisasikan yang diinginkan, arahkan energimu terhadapnya, dan kamu akan mendapatkannya. Lakukan hal-hal sederhana seperti berikut:

  • visualisasikan tempat parkir sebagaimana yang kau kehendaki,
  • visualisasikan dan lihat di mana kauingin memperolehnya,
  • lakukan semua ini selagi mengemudi kearah tempat itu. (The Unseen World, hlm 52)

Robert Schuller beranggapan bahwa apa yang kita lihat secara visualisasi itu akan kita peroleh secara nyata. Dia berkata,

“Sewaktu saya mengelilingi dunia dan bertemu orang-orang yang sukses dan dinamis, saya secara tetap mengamati kesamaan yang mereka miliki. Mereka yang benar-benar sukses mencapai tujuannya dengan memvisualisasikan, sukses. Mereka melukiskan secara detail tujuan materi, fisik atau spiritual yang ingin dicapai…” (Majalah POSSIBILITIES, summer 1986, hlm 2).

Dalam bukunya yang lain Schuller mengemukakan bahwa:

Banyak orang gagal karena mereka mengabaikan visualisasi yang terinci mengenai apa yang dimintanya. Bila kita bingung dan mempunyai gambaran yang kacau mengenai apa yang ingin kita capai, jangan kaget kalau kita gagal. Karena itu langkah awal dalam menjalani “iman yang memindahkan gunung” adalah dengan membuat gambaran mental yang terinci mengenai mimpi kita. (Possibility Thinkin, hlm 189).

Dalam Dimensi Keempat, Yonggi Cho mengemukakan bahwa:

Kita harus melihat obyek doa kita dengan jelas secara visual sehingga kita dapat merasakannya dengan emosi kita. Bila kita tidak melakukan “hukum iman” ini, kita mustahil akan menerima jawaban akan apa yang kita minta.

Kata-kata sugesti

“Kata-kata Sugesti adalah metode ketiga di samping berpikir positif dan visualisasi. Baik dalam gerakan pengembangan pribadi yang dipopulerkan di kalangan pengusaha, maupun ajaran-ajaran sukses yang dipopulerkan di kalangan Kristen dapat dikatakan ajaran mengenai kekuatan ucapan kata-kata ini dipraktekkan dengan meluas. Justru karena luasnya penggunaan praktek yang mirip praktek ajaran perdukunan atau kebatinan dan Gerakan Zaman Baru yang lebih dikenal sebagai Hu (kata-kata berkhasiat) di kalangan Taoisme, mantra (kalimat berkhasiat) di kalangan Hindu, maupun rapalan di kalangan perdukunan itu, maka perlu kita teliti apakah memang Yesus mengajarkannya atau tidak.”

Para pelopor ajaran sukses seperti Norman Vincent Peale maupun Robert Schuller seiring dengan ajaran psikologi modern, mempopulerkan bahwa “kata-kata yang kita ucapkan mempunyai kekuatan magis.” Kata-kata maupun kalimat-kalimat tertentu bila diucapkan berulang-ulang akan mendatangkan khasiat tertentu bagi yang mengucapkan. Dalam gerakan pengembangan pribadi kata-kata demikian dipakai sebagai semacam cara atau usaha sugesti diri yang ampuh dalam mengembangkan kemampuan diri. Sebagai contoh, perhatikan kata atau kalimat yang diucapkan berikut:

“I’m OK, You’re OK.”

“If it is to be, it is up to me” (Bila harus terjadi, itu tergantung padaku)

“I’m a super sales person, and grow every day in every way” (Saya seorang penjual yang super, dan bertumbuh tiap hari dalam segala cara)

Menurut Yonggi Cho, kekuatan kata-kata itu sangat berperan, karena kata-kata itu dianggap mempunyai kuasa dan tenaga kreatif dalam dirinya. Bahkan menurut Yonggi Cho, Alkitab dianggap bukan sebagai firman Tuhan untuk didengar, dihayati dan ditaati, melainkan kumpulan kata-kata mutiara yang bila diucapkan mempunyai kekuatan magis. Jelas ini adalah konsep mantra! Cho mengatakan bahwa Yesus menggunakan kata-kata bertuah untuk menghasilkan sesuatu. Jadi bukan kuasa Yesus yang menghasilkan sesuatu, tetapi kata-kata yang diucapkan itu, dan kata-kata itu sama-sama bertuahnya kalau kita yang mengucapkannya.

MANIPULASI AYAT-AYAT FIRMAN TUHAN

Memanipulasi ayat-ayat Alkitab merupakan salah satu hal yang sering digunakan dalam mendasarkan banyak ajaran Teologia Sukses. Meskipun begitu banyak orang tertarik pada ajaran itu, karena dalam mengutip ayat-ayat Alkitab itu para penginjil Sukses mengesankan bahwa ajaran mereka didasarkan pada kebenaran Alkitab. Padahal bila kita pelajari lebih dalam ternyata ayat-ayat Alkitab yang dikutip lebih banyak digunakan sebagai slogan yang diartikan secara harfiah dan di luar konteksnya, bahwa sering berlawanan dengan arti sebenarnya yang dimaksudkan oleh konteks ayat itu. Jadi ayat Alkitab dijadikan menjadi pendukung ajaran luar yang dimasukkan ke dalam kekristenan.

Alkitab adalah firman Allah yang diwahyukan kepada manusia dan ditulis dalam bentuk kumpulan 66 buku kitab yang meliputi kurun waktu lebih dari 1600 tahun, yang menceritakan Sejarah Keselamatan Allah. Masing-masing kitab dapat merupakan kitab sejarah atau surat kiriman yang merupakan suatu satu kesatuan. Pembagian atas pasal dan ayat baru terjadi pada Abad Pertengahan. Karena itu bila satu ayat ditafsirkan atas dasar kata-katanya saja dan dilepaskan dari kesatuannya dengan seluruh isi kitab atau surat maupun isi Alkitab, maka artinya bisa jauh berbeda dan bahkan berlawanan dengan yang dimaksudkan penulis Alkitab.

Ayat-ayat berikut adalah ayat-ayat Alkitab yang sering disalahartikan dan salahtafsirkan oleh penganut teologia sukses. Mereka tidak akan pernah melihat konteks ayat ini di dalam perikop Alkitab, dan mereka hanya ingin mengaplikasikan ayat-ayat ini dalam kehidupan yang mereka inginkan untuk mendapatkan apa yang mereka kehendaki.

Tidak Ada yang Mustahil

Adakah sesuatu apapun yang mustahil bagi TUHAN?” (Kejadian 18:14a)

“Bagimanusia hal itu tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Matius 19:26)

“Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (Markus 9:23b)

“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Lukas 1:37)

“Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah” (Lukas 18:27).

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan keapadaku” (Filipi 4:13).

“Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu yang mustahil untuk-Mu” (Yeremia 32:17).

“Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makluk; adakah sesuatu yang mustahil untuk-Ku” (Yeremiah 32:27).

Dalam Markus 9:23b Yesus mengatakan kepada ayah anak yang dirasuk setan, bahwa “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya,” ini menunjuk pada kuasa Yesus yang akan diterima keluarga itu apabila mereka percaya. Jadi bukan “kepercayaan mereka yang dapat mengusir roh itu, tetapi “kepercayaan” mereka memohon belas kasihan Yesus untuk menyatakan kuasa-Nya.

Kaya dan Berkelimpahan

Guna mendukung ajaran Teologi Sukses khususnya untuk mendukung ajaran hidup yang kaya dan berkelimpahan, beberapa ayat favorit digunakan dengan tafsiran salah adalah seperti berikut:

“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10).

“Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja” (3 Yohanes 2)

“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinannya” (2 Korintus 8:9).

Ayat-ayat di atas diartikan sebagai petunjuk bahwa umat Kristen berhak menjadi kaya, hidup dalam segala kelimpahan materi dan duniawi yang berarti banyak uang, hidup berkelimpahan, dan hidup dengan segala kenikmatan. Para penginjil sukses sering menafsirkan ayat-ayat itu secara harfiah dan lepas dari konteks sehingga tentulah menghasilkan arti yang berbeda dan bahkan berlawanan.

Misalnya, apakah benar bahwa kata “kelimpahan” dalam Yohanes 10:10b memaksudkan kelimpahan materi? Tentunya “tidak”, sebab melihat konteks Yohanes pasal 10 tidak ada petunjuk yang membuktikan bahwa domba-domba kemudian memperoleh kalung mutiara atau kandang emas. Kelimpahan di sini artinya pemeliharaan hidup oleh Gembala yang digambarkan dengan masuk pintu dan memperoleh rumput sebagai karunia keselamatan menuju hidupyang kekal:

“Domba-dombaKu mendengar suaraKu dan aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu” (Yoh 10:27).

Berilah dan Mintalah

Ayat-ayat lain yang dianggap hukum investasi diartikan sebagai uang muka yang diberikan untuk mengisap berkat materi dari Allah adalah ayat-ayat seperti berikut:

“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan ituke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Maleakhi 3:10)

“Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Lukas 6:38).

“Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menua sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6).

Ayat-ayat di atas acapkali dipakai untuk memotivasi orang untuk memberikan persembahan, sebab persembahan berarti investasi supaya nanti memperoleh laba atau berkat yang berlipat-lipat. Banyak khotbah menantang orang untuk memberi persembahan dan ayat-ayat di atas dipakai sebagai senjata untuk meyakinkan jemaat bahwa pemberian itu nanti pasti akan menghasilkan keuntungan berlipat.

Penyalahgunaan ayat “Berilah dan kamu akan diberi” (Lukas 6:38) dengan gamblang terlihat dalam buku tulisan Kenneth Hagin mengenai cerita penginjil Sukses lainnya, yang dalam usaha membeli peralatan pendingin (AC) untuk gerejanya berkali-kali mengkhotbahkan ayat itu.

Pendeta penginjil itu berkata kepada para hadirin yang berjumlah lebih 1.800 orang, “Saya ingin agar kalian dapat menghimpun uang 10.000 dolar itu malam ini! Kedengarannya jumlah itu cukup besar. Saya sadari hal ini. Sedangkan saudara-saudara pun sudah memberikan sumbangan kalian malam ini. Namun saya ingin menantang saudara-saudara,” lalu ia membaca kembali ayat tersebut di atas, yang selalu ia kutip tiap malamnya: “Berilah, maka kepadamu akan diberikan. . . .”

Lalu ia berkata, “Saya tiak menghendaki seseorang memberikan sesuatu yang mereka mampu memberikannya. Berikanlah apa yang kalian tidak mampu memberikannya. Apabila anda merasa sanggup memberi sejumlah 50 dollar, tetapi tidak sanggup memberikan 100 dollar, – maka beri 100 dolar. Kalau menurut penapat anda bahwa anda mampu memberi 500 dolar tetapi tidak sanggup memberi 1.000 dolar, – maka berilah 1.000 dolar. Justru di situlah terletak berkat Tuhan, – dan inilah kebenaran yang menjadi kenyataan sebenarnya.

Lalu ia menambahkan, “Saya akan meletakkan Alkitab saya di atas sini, di atas mimbar ini, dan saya persilahkan kalian maju ke depan dan meletakkan uang anda di atas ayat ini sambil berucap: ‘Ya Tuhan yang maha pengasih, saya bertindak menurut FirmanMu.’ Saya berdoa secara khusus bagi anda semua. Sebab saya yakin betul bahwa Tuhan akan membalas kembali segala pengorbanan kalian. Berkat Tuhan akan berlaku atas diri kalian. Dan apabila hal ini tidak terjadi, saya berjanji dan mengusahakan agar supaya uang kalian akan saya kembalikan, dan kita tidak dapat berkata apa-apa lagi mengenai hal itu.” (Ditebus dari Kemiskinan . . . Penyakit. . . Kematian, hlm 7-8).

GEJALA-GEJALA YANG KELIHATAN

Perhatikanlah kehidupan para pendeta dan penginjil yang mendukung teologia sukses. Mereka menjadikan gereja menjadi ladang mencari kekayaan dan bukan tempat pelayanan. Mereka menjadi seperti seorang pengusaha besar sukses, hidup dalam kemewahan dan berkelimpahan.

Umumnya hidup dalam kemewahan, bermobil mewah seperti Baby benz

Punya rumah besar dengan kemegahan duniawai

Cenderung minta diinapkan di hotel-hotel berbintang 5 ketika diundang pada suatu acara ibadah.

Cenderung merayakan ulang tahun pernikhan mereka dengan pesta di hotel mewah

Berlomba-lomba membangun Gereja dan Praise Center besar dan Mewah:

Mengadakan acara-acara “Outreach” yang dihiasi segala bentuk glamour ala dunia show-biz.

Moto gerejanya “Kami adalah keluarga Allah yang sukses dan bahagia”

Ibadah dan penyembahan:

Pujian dan penyembahan kepada Allah. Memberi penekanan pada pujian dan penyembahan tetapi memberikan sedikit tempat untuk menyelidiki firman Tuhan.

Penekanan pada Allah yang mahabesar dan mahakaya diiringi dengan Kebaktian-kebaktian Kebangunan Rohani yang menekankan “Berkat Tuhan dan Kesembuhan Ilahi.”

Mujizat-mujizat. Melakukan manipulasi mujizat untuk mempertunjukkan bahwa mereka adalah alat Tuhan dalam menyembuhkan dan sebagainya.

Tarian-tarian ala Pemazmur yang ingin mencerminkan kesukariaan hidup.

Lagu-lagu yang dinyanyikan:

Bertemakan menyembah Tuhan yg Mahatinggi dan pengakuan diri sebagai anak Raja.

Mempromosikan ayat bahwa “Tidak ada yang mustahil bagi Allah.”

Mengharapkan mujizat kesembuhan maupun mujizat kekayaan dan kemakmuran hidup.

Hal lain:

Penekanan pada khotbah pemberian persembahan terutama berbentuk persepuluhan.

Moto memberi, “Makin banyak memberi makin banyak berkat akan diterima.”

Dalam ibadah sering ditonjolkan kesaksian-kesaksian orang-orang kaya yang bertobat  atau yang diberkati dalam usahanya.

Tiba-tiba para pendetanya menyadang gelar Dr. (doctor) bahkan PhD. (Doctor of Philosophy), tanpa ketahuan kapan sang pendeta pernah masuk sekolah tinggi teologi.

Mereka mengkultuskan tokoh-tokoh penginjil mereka.

Ucapan tokoh-tokoh penginjil yang dikultuskan itu, jelas mengikuti ukuran dunia dan bukan ukuran rohani, yang  bunyinya seperti berikut:

Kalau Mafia bisa naik mobil Lincoln Continental, mengapa anak-anak Raja tidak? (Kutikapan dari Fred Price, Faith, Foolishness or Presumption?, 1979 hlm. 74).

Allah menghendaki anak-anak-Nya makan makanan terbaik, berpakaian pakaian terbaik, mengendarai mobil yang terbaik, dan menghendaki mereka untuk memperoleh segala sesuatu yang terbaik. (Kutipan dari Kenneth Hagin, New Tresholds of Faith, 1980 hlm 54-55).

Saya melihat bahwa Tuhan menghendaki kita kaya. Sebab itu saya mulai mengkhotbahkan kekayaan orang Kristen. Saya memeberitakan orang-orang bahwa Tuhan menginginkan mereka menjadi kaya melalui iman mereka. (Kutipan dari Oral Roberts, God’s Formula for Success and Prosperity, hlm, 125).

Tuhan menghendaki anda menjadi makmur dalam segala kehidupan anda. Apakah Anda sudah siap untuk hidup makmur? Apakah anda butuh hidup makmur? Maka hendaklah anda hidup makmur. (Kutipan dari Edwin Louis Cole, Kunci keberhasilan: Nikmatilah Hidup Berkemenangan, Jakarta: YPI Imanuel, hlm. 157).

Penyebaran pengajaran ini melalui buku-buku yang bertema menghibur umat memang luar biasa dan terjual dalam jumlah besar. Bayangkan, siapa tidak tertarik melihat judul-judul buku berupa slogan-slogan seperti berikut:

  • God’s Will Is Prosperity [Allah menghendaki kemakmuran]
  • Prosperity Is Your Devine Right [Kemakmuran adalah hak ilahi anda]
  • Happiness Now [Kebahagiaan saat ini]
  • Live Fully Now and Create a Heaven on Earth [Hiduplah sepenuhnya sekarang dan ciptakan sorga di bumi]
  • Serve God and Get Rich [Layanilah Tuhan dan jadilah kaya]
  • How To Get More in a Have Not World [Bagaimana memperoleh lebih di dunia yang miskin]
  • Name It and Claim It [Sebutkan dan tuntutlah]
  • You Can Have What You Say [Anda dapat memperoleh apa yang anda katakana]

Moto pertumbuhan gereja yang digembor-gemborkan adalah kutipan dari Paul Yonggi Cho, “Rahasia pertumbuhan gereja bergantung pada Money, Management, Mission and Man.” Padahal kita tahu bahwa ini bukanlah motto Alkitab melainkan motto dunia bisnis.

Pelopor pengajaran ini adalah:

Norman Vincent Peale (Positive Thinking)

Robert Schuller (membangun Crystal Catheralnya yang mewah – kemakmuran)

Jim Bakker (Skandal uang – membujuk pendengar TV mengirim uang- terlibah skandal seks dan penipuan keuangan).

Oral Robert (Penginjil yang mempermalukan dunia Kristen di Amerika karen berseru meminta uang kepada pemirsa).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.