KENAPA BEGITU BANYAK DENOMINASI GEREJA?
Oleh Samson H
Kedengarannya pertanyaan ini sangat sederhana, tetapi jika dicermati, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menjabarkan kenapa begitu banyak denominasi gereja di dunia saat ini. Menjabarkan berbagai penyebab berdirinya sebuah denominasi tentu tidaklah mudah karena faktanya hanya diketahui para pendiri denominasinya. Namun jika berdirinya sebuah denominasi didasarkan pada perbedaan-perbedaan ajaran yang dianutnya maka pertanyaan ini bisa dijawab dengan sangat singkat bahkan cukup dengan satu kata saja yaitu Heremeneutika. Hermeneutika adalah faktor utama dan satu-satunya berdirinya berbagai denominasi.
Apa yang dimaksud dengan Hermeneutika? Secara singkat, Hermeneutika adalah ilmu pengetahuan (science) dan seni (art) menafsirkan Firman Tuhan. Pada umumnya orang berkata hermeneutika adalah pola penafsiran Firman Tuhan. Dengan dasar ini, bisa dipastikan setiap denominasi memiliki pola penafsiran Alkitab yang berbeda-beda yang menjadi ciri khasnya. Perbedaan ini bukan berarti perbedaan total penafsiran Alkitab. Biasanya perbedaan itu tidak bersinggungan langsung dengan doktrin keselamatan. Misalnya, hampir semua denominasi memiliki pengertian yang sama tentang Yesus Kristus sebagai Juruselamat (Yohanes 14:6), Tuhan, Nabi, Raja dan Imam. Dialah satu-satunya Juruselamat dunia yang olehNya manusia bisa diselamatkan (Kisah 4:12).
Namun jika sebuah denominasi memiliki ajaran berbeda pada doktrin fundamental seperti ini, maka denominasi itu telah menyimpang dari ajaran Alkitab dan gereja itu akan dikategorikan sebagai aliran sesat atau bidat. Itulah sebabnya Saksi Yehovah dikategorikan sebagai bidat meskipun kelompok itu telah mendapatkan izin beroperasi di Indonesia. Namun secara kekristenan Saksi Yehovah merupakan aliran sesat karena tidak mempercayai Yesus Kristus sebagai TUHAN yang sama seperti TUHAN YEHOVA. Masih banyak doktrin-doktrin fundamentalnya yang ditolak saksi Yehovah.
Jika memang demikian, dimanakah letak perbedaan satu denominasi dengan lainnya? Perbedaan terletak pada doktrin-doktrin lain yang tidak berhubungan dengan doktrin keselamatan yang menjadi ciri khas denominasi itu. Mari kita ambil satu contoh sederhana tentang pembaptisan Yesus Kristus yang dicatat dalam keempat Injil: Matius 3:13-17; Markus 1:9-11; Lukas 3:21-22; Yohanes 1:32-34. Orang Kristen dan para teolog membaca ayat-ayat ini dari sudut pandang yang berbeda-beda dengan penekanan yang berbeda pula. Ada kelompok Kristen yang melihat pembatisan Yesus Kristus dilakukan dengan cara selam, tetapi ada kelompok lain yang melihat kejadian itu sebagai pembatisan dengan pola percikan atau penumpahan air. Kelompok yang melihatnya sebagai baptisan selam, akhirnya menamakan diri sebagai denominasi Baptis meskipun sebenarnya berdirinya denominasi Baptis tidak hanya didasarkan pada perbedaan ini. Ada sederet perbedaan lain yang dibentuk menjadi ciri khasnya dan sistem teologianya.
Demikian juga dengan denominasi lainny di seluruh dunia. Sekarang ini banyak denominasi mengadopsi pola baptisan selam meskipun bukan bagian dari denominasi baptis. Mereka menamainya dengan nama denomiasi lain karena menyadari mereka juga masih memiliki sederet perbedaan dari keyakinan baptis. Hal ini sangat jelas terlihat pada denominasi gereja-gereja Pentakosta dan gereja-gereja Karismatik. Mereka sama-sama mempercayai pola baptisan selam dan memiliki banyak persamaan ajaran lain tetapi mereka menyadari masih memiliki perbedaan lainnya.
Begitu juga dengan denominasi Presbyterian dan Reformed. Mereka tidak memiliki masalah dengan pola baptisan karena mengadopsi pola baptisan yang sama yaitu percikan atau penumpahan air. Mereka juga memiliki sistem teologia yang sama yaitu Teologia Perjanjian (Covenant Theology) namun demikian mereka terdiri dari berbagai-bagai denominasi. Perbedaan tidak terletak pada pola baptisan tetapi pada doktrin akhir zaman, doktrin gereja, doktrin kedatangan Yesus Kristus, doktrin tentang Israel, doktrin milenium dan banyak lagi. Perbedaan ini mendorong mereka membentuk denominasi baru dan mengimplimentasikan semua corak dan ciri khas keyakinannya dalam cara beribadah, bernyanyi, berkhotbah, persekutuan, misi penginjilan dan lain-lain. Sekilas perbedaan ajaran dan keyakinan ini tidak kelihatan dalam khotbah dan kebaktian, tetapi dalam pernyataan imannya, semua perbedaan itu tertuang. Terkadang jemaat sebuah denominasi tidak mengetahui perbedaan yang dimiliki gerejanya. Yang biasa diketahui jemaat adalah perbedaan pada tata tertib ibadah atau kebaktian.
Harus diakui menjamurnya denominasi terjadi setelah Reformasi tahun 1517. Awal mula Reformasi, kekristenan masa itu hanya satu, yaitu pengikut reformasi. Gereja masa itu lebih bersatu dan tidak berfokus pada perbedaan meskipun sudah ada pengelompokan. Namun dengan timbulnya teori Darwin [teori evolusi yang mempercayai manusia bukan ciptaan Tuhan tetapi berasal dari kera] mendorong gereja-gereja memisahkan diri dari kelompok liberal dan modernis yang menerima ajaran evolusi dan membentuk denominasi baru.
Demokrasi dan hak azasi manusia serta kebebasan berpendapat juga telah mendorong berdirinya berbagai denominasi baru. Dengan berjalannya waktu, terutama selama 100 tahun terakhir, denominasi berdiri dimana-mana. Di Indonesia saja berdiri lebih kurang 350 jenis denominasi dan tiap denominasi memilki corak dan ciri khasnya.
Bagaiaman asal muasal terjadinya denominasi ini? Sepertinya diutarakan diatas, perbedaan timbul ketika sekelompok orang merasa memiliki pandangan dan pengertian berbeda dari gereja induknya dan terdorong untuk membentuk suatu denominasi baru yang mencerminkan ciri khas ajarannya. Hal seperti ini terjadi di sepanjang di berbagai Negara dan daerah yang berdampak pada berdirinya berbagai-bagai denominasi di dunia. Dengan kata lain pola penafsiran yang berbeda menjadi isu mendasar pada terbentuknya berbagai.
Harus diakui, dengan adanya pola tafsir yang berbeda telah berdampak pada ajaran yang berbeda-beda pula. Hal ini sangat jelas ketika suatu gereja menuangkan keyakinan dan kepercayaan mereka dalam tulisan, tercermin ciri khas gereja itu sebagai produk dari tafsirannya. Jadi jika seandainya ada 10 denominasi menafsirkan satu bagian Firman Tuhan dengan cara yang berbeda menurut apa yang dipercayai, maka kesepuluhnya akan memiliki 10 doktrin yang berbeda pula. Kesimpulan ini akan mengerikan dan mencengangkan banyak orang.
Sebagai contoh senderhana, jika 10 denominasi menafsirkan Kisah Para Rasul 2:1-13, besar kemungkinan mereka akan memiliki tafsiran yang berbeda-beda. Lalu orang awam akan bertanya, manakah yang benar dari kesepuluh tafsiran tersebut? Apakah kesepuluh tafsiran itu benar? Jika semua dianggap benar maka arti Firman Tuhan tidak menjadi mutlak. Bagaimana jika ada 100 denominasi menafsirkan nats tersebut, apakah juga artinya menjadi seratus? Jika demikian bagaimana menentukan suatu tafsiran benar atau salah. Ini menjadi perdebatan sengit di antara para teolog.
Coba bandingkan dengan suatu kalimat bahasa inggris yang disampaikan seseorang dan didengarkan oleh 10 orang yang berbeda, apakah arti kalimatnya akan sama? Atau ketika seorang ayah menyampaikan satu pesan kepada 10 anaknya, apakah kepuluh anaknya akan memiliki 10 pengertian dari pesan ayahnya? Apa berapa arti pesan itu menurut ayah itu? Secara sederhana bisa diketahui bahwa pesan yang disampikan memiliki satu arti saja. Sama dengan ketika seorang anak mengatakan, “Mami, saya mau makan nasi.” Arti kalimat itu satu dan tidak mungkin bermacam-macam. Siapapun yang mendengarkan kalimat itu, ia harus mencoba mengerti maksud sianak ketika ia berkata, “Mami, saya mau makan nasi.” Lalu bagaimana dengan pengertian Firman Tuhan?
Untuk penjelasan selanjutnya, silahkan lihat artikel berikut ini: Ada Berapa Arti firman Tuhan?