KELICIKAN HATI MANUSIA
Oleh Samson H
Nas: Yeremia 17:9
Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
The heart is deceitful above all things, and desperately wicked: who can know it? (KJV)
Bagaimana perasaanmu jika seseorang mengkonfrontasimu dan berkata engkau seorang yang licik? Engkau akan menyangkalnya bukan? Engkau tidak mempermasalahkan jika dituduh sebagai pendosa tetapi engkau tidak bisa terima jika dituduh sebagai orang licik. Tidak perlu heran karena kebanyakan orang akan melakukan hal yang sama kecuali jika telah mengalami pembaharuan Roh Kudus dan Firman Allah selalu menjadi tolak ukur dalam hidupnya, ia sadar bahwa hatinya licik seperti dinyatakan Firman Allah.
Manusia dilahirkan dengan tabiat sombong dan menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain. Rasa lebih hebat, pintar, bijaksana dan berhikmat dari orang lain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Untuk menjaga dan memelihara reputasi ini, ia rela berbohong, membunuh, melukai dan menipu orang lain agar tetap kelihatan sebagai orang berhikmat dan bijaksana. Ia menipu dan memperdaya orang lain dengan silat katanya. Ia tidak perlu belajar untuk menjadi licik karena tabiat itu bagian dari dirinya. Orang yang tidak mengerti apa-apa sekalipun bisa berlagak tahu dengan bualannya. Semua ini membuktikan kelicikan hati manusia.
Yeremia menjelaskan hati manusia itu sangat licik melebihi segala sesuatu itu. Kelicikan hatinya melebihi segala kelicikan mahluk, bahkan Yeremia menekankan kelicikan itu sebagai “desperately wicked” “sungguh-sungguh jahat.” Ini menunjukkan bahwa tidak ada kebaikan yang terjermin dari hatinya.
Sikap licik ini berhubungan dengan sikap egois atau sikap mementingkan diri sendiri. Dengan sikap inilah seseorang melakukan apa saja yang diinginkan, dan tanpa perduli mengorbankan orang lain. Sikap sepert ini bukan hanya terjadi kepada teman sejawat tetapi juga kepada mereka yang diklaim sebagai orang-orang yang dikasihi. Seorang pemuda bisa menikahi seorang wanita karena tipuan dan kelicikan hatinya. Ia memang akhirnya mendapatkan wanita itu sebagai korban kelicikan hatinya. Betapa malangnya wanita seperti ini! Ia terjebak dalam tipuan lelaki yang menjadi suaminya. Betapa banyak wanita menyesal menikahi suaminya! Yang paling buruk lagi, sikap licik suaminya tidak pernah berubah. Ia bukan hanya menipu isterinya tetapi juga menipu anak-anaknya dengan berlagak punya hikmat dan kebijaksanaan. Di hadapan anak-anak dan isterinya ia bertindak sebagai seorang berwibawa, tetapi ia tahu isi hatinya yang licik dan busuk. Ia tahu betapa sering menipu mereka. Tiada yang lebih buruk dari menipu orang-orang yang dikasihi, yaitu mereka yang adalah darah dan dagingnya sendiri.
Nabi Yeremia memperingatkan bahwa hati manusia licik dan tidak ada yang tahu betapa dalam kelicikan hatinya selain dirinya dan Tuhan. Ia menyampaikan berita ini sebagai peringatan agar manusia sadar bahwa ia memiliki kemampuan melakukan kejahatan dan kekejian, namun menampakkan diri seperti sedang melakukan kebajikan kepada orang lain. Inilah tipu muslihat Iblis yang tidak disadari banyak orang.
Seorang yang menamakan diri “hamba Tuhan” mengklaim memiliki karunia menyembuhkan segala jenis penyakit termasuk penyakit kanker. Orang berbondong-bondong datang untuk mendapatkan penyembuhan. Ia menyatakan di dalam nama Tuhan Yesus semua orang yang telah dijamah dan didoakan akan sembuh total dari semua jenis penyakit. Keluarga dan orang-orang sakit itu percaya pada perkataannya karena itulah harapan mereka. Sebagai ungkapan rasa syukur, mereka memberi uang dan cek puluhan bahkan ratusan juta kepada “hamba Tuhan” itu karena mereka yakin akan mendapatkan seperti apa yang diklaimnya. Orang-orang miskin yang tidak memiliki kemampuan memberi kepada “hamba Tuhan” itu berusaha meminjam uang ke sana dan ke mari hanya untuk bisa menunjukkan ungkapan terima kasihnya atas jaminan penyembuhan yang dijanjikan. Namun beberapa hari kemudian, orang-orang yang dinyatakan sembuh dari sakit penyakit itu satu per satu meninggal dunia, karena penyakitnya menggerogoti tubuhnya. “Hamba Tuhan” itu hidup menikmati uang yang diberikan orang-orang ini karena berhasil menipunya. Ia berlagak melakukan kebajikan bagi orang-orang sakit hanya untuk memperdaya dan menipunya karena sesungguhya ia tidak memiliki kuasa menyembuhkan.
Betapa mengerikan kelicikan hati manusia, siapakah yang tahu akan hal itu? Dan ketika dikonfrontasi apa yang diklaim “hamba Tuhan” itu sungguh-sungguh tidak terjadi, ia dengan mudah mempersalahkan orang-orang sakit yang ditipunya sebagai orang-orang yang tidak beriman. Hanya dengan melontarkan satu kalimat sedemikian, ia merasa sudah menyelesaikan tugasnya dan tak merasa bersalah menikmati uang hasil tipuannya (ref Ulangan 13:1-5). Bisakah engkau bayangkan betapa liciknya hati manusia!
Kelicikan hati merupakan tabiat alami yang dimiliki manusia yang membuktikan bahwa tak seorangpun mencintai kebenaran dan kekudusan. Itu juga membuktikan bahwa manusia secara alami tidak berkenan kepada Tuhan karena tabiat dan kecondongan hatinya selalu bertentangan dengan kehendak Allah. Hati sedemikian tidak pernah menuntun manusia untuk mencintai kebenaran dan kekudusan tetapi dosa, kejahatan dan kebejatan. Manusia seperti ini akan merasa sedih, kecewa, marah dan berduka ketika tidak bisa menipu orang lain dan berbuat kejahatan. Namun ia akan tertawa dan bersukacita serta berpestapora ketika berhasil menipu dan memberdaya dan bahkan membunuh orang lain. Perhatikan apa yang dicatat Alkitab tentang orang sedemikian dalam Kejadian 4:1-23-24,
“23Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu: “Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataanku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak; 24sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat.”
Apa yang engkau lihat dari sikap dan tabiat Lamekh? Ia dengan sombong dan tak merasa bersalah membunuh orang dan merasa bangga berbicara kepada isteri-isterinya, “Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataanku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak.” Apa yang bisa dibanggakan dari suami pembunuh? Tetapi ia ingin isteri-isterinya merasa bangga. Ia membunuh orang karena mengganggapnya jahat dengan melukainya. Menurutnya membunuh tidak lebih jahat dari melukai. Hal seperti inilah yang sering terjadi di sekitar kita. Hanya dengan menjaga harga dan reputasi diri yang “dihina” orang lain, seseorang rela melakukan kekejian dan kejahatan hebat karena mengganggap itulah cara yang benar.
Seorang nabi palsu di masa pelayanan Yeremia juga mengklaim menerima nubuat dan wahyu. Ia mengklaim apa yang ia terima adalah benar, dan apa yang dinubuatkan Yeremia adalah salah, karena Yeremia memberitahukan bahwa umat Yehuda akan berada di pembuangan selama 70 tahun lamanya (Yeremia 25:11-12). Bagaimana respon umat Yehuda? Mereka memilih mengikuti nabi palsu itu karena masa pembuangan yang dinubuatkan lebih singkat yaitu 2 tahun (Yeremia 28:11). Umat Yehuda berpaling melawan Yeremia hingga mengurungnya agar tidak bisa berkhotbah dan memberitakan apa yang Tuhan sampaikan. Mereka yang melakukan perbuatan itu mengganggap telah berbuat apa yang benar. Mereka hanya mau mendengar apa yang diinginkan dan membenci mereka yang menegur dan menasihati serta mengganggapnya sebagai musuh jika menyampaikan apa yang berlawanan dengan keinginan hati mereka.
Betapa liciknya hati manusia! Hai orang-orang percaya, jangan pernah mengganggap sebagai seorang yang sudah diperbaharui Roh Kudus, engkau tidak akan pernah jatuh dalam dosa. Jangan biarkan hatimu yang licik menguasaimu. Inilah peringatan bagi setiap orang percaya agar selalu memiliki kepekaan rohani. Ia harus selalu berdoa seperti raja Daud, “23Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; 24lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Maz 139:23-24). Jika raja Daud bisa berdoa sedemikian, itu disebabkan karena ia tahu betapa licik hatinya, dan jika ia tidak hati-hati ia bisa mengulangi kesalahan yang sama dengan melakukan dosa besar: melalukan perzinahan dan mengambil isteri orang lain serta membunuh suaminya, namun ia tidak merasa bersalah untuk semua perbuatan itu hingga nabi Natan datang menegurnya. Ia baru sadar apa yang diperbuat adalah dosa dan kejahatan seperti yang diungkapkan dalam mazmur pertobatannya dalam Mazmur 51.
Betapa liciknya hati manusia! Hai orang-orang yang tidak bertumbuh dalam Tuhan, jangan pernah berpikir bahwa engkau seorang percaya tetapi hidupmu tidak berpedoman pada Firman Allah. Namun hati kecilmu tetap berkata bahwa Allah akan selalu menjagamu sehingga engkau tidak akan pernah jatuh ke dalam jerat Iblis. Ingatlah selalu peringatan Petrus kepada umat Kristen, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Pet 5:8). Iblis sedang menunggu waktu yang tepat untuk menerkam orang percaya yang lalai dan tidak memiliki kepekaan rohani. Ia sedang menunggu di pintu dan siap memangsamu.
Betapa liciknya hati manusia! Hai orang-orang sombong rohani, jangan pernah mengganggap sudah kuat dan kebal terhadap godaan Iblis karena jika demikian, engkau sedang ditipu hatimu yang licik. Iblis belum mati. Ia memiliki pengalaman hebat dalam menipu manusia. Pengalamananya sama lamanya dengan umur dunia ini. Jangan meremehkannya karena ia tahu kelemahanmu. Engkau harus selalu berhati-hati dan waspada karena Iblis tidak pernah tertidur. Ia siap selalu untuk memangsamu.
Betapa liciknya hati manusia! Hari para majelis dan pengurus gereja, jangan pernah mengganggap karena engkau seorang pengurus dan majelis gereja maka Iblis tidak akan menyentuhmu. Engkau ditipu kelicikan hatimu karena engkau adalah target utama Iblis untuk menghancurkan gereja. Selidikilah hati dan hidupmu apa engkau sudah pantas jadi seorang pemimpin gereja sesuai dengan syarat yang dituliskan Paulus dalam 1 Timotius 3:1-13. Apakah engkau sudah menunjukkan teladan dalam dedikasi dan komitmen pada Firman Allah? Apakah engkau sudah menjadi teladan dalam kekudusan? Jangan ditipu oleh kelicikan hati tetapi rendahkanlah dirimu dihadapan Allah.
Betapa liciknya hati manusia! Hai orang-orang munafik, jangan engkau berkata, “Saya sudah melalukan saat teduh dan membaca Firman Allah setiap hari sehingga Iblis tidak akan mempengaruhi aku untuk menyimpang dari jalan Tuhan.” Engkau ditiup oleh kelicikan hatimu karena engkau sudah memiliki kesombongan rohani. Engkau akan dihempaskan Iblis hingga hancur lebur dan akan dipermalukan karena kesombonganmu. Tanyakanlah dirimu apakah engkau telah lakukan apa yang engkau baca dan renungkan? Apakah hidupmu sudah berubah? Apakah engkau sudah menjadi berkat dan motivasi bagi orang-orang di sekitarmu: anak-anak dan isterimu?
Betapa liciknya hati manusia! Hai para ayah, jangan pernah mengganggap bahwa engkau telah mengurus keluargamu dengan baik dan memimpinnya dalam takut akan Tuhan, karena itu Iblis tidak akan menyentuhnya. Engkau ditipu oleh kelicikan hatimu karena engkau tidak tahu kelicikan hati anak-anak dan keluargamu. Engkau tidak tahu apa yang mereka perbuat di luar sana dan dengan siapa mereka bergaul, dan pengaruh buruk apa yang telah mereka dapatkan. Jangan ditipu oleh kelicikan hatimu, karena suatu saat engkau akan terhempas oleh karena kelalaianmu. Mereka yang kamu kasihi akan meninggalkanmu, dan Kristus akan mereka sangkal, saat itulah engkau sadar bahwa Iblis telah berhasil menghancurkan keluargamu. Saat itulah engkau menyadari kegagalanmu sebagai pemimpin rohani bagi keluargamu. Semua telah terjadi, dan engkau tidak bisa memperbaikinya. Hanya kemurahan Tuhan yang bisa engkau harapkan. “Mendekatlah kepada Allah dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! Dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” (Yak 4:8). Selagi memiliki kesempatan pimpinlah anak-anak dan isterimu berdekat kepada Tuhan setiap hari.
Betapa liciknya hati manusia! Hai para pengunjung gereja, jangan pernah berpikir dengan datang beribadah setiap minggu sudah mengganggap dirimu berkenan kepada Tuhan, namun setelah meninggalkan gedung gereja, hatimu mengembara mengikuti cara hidup dunia yang tidak mengenal Kristus. Engkau bertindak dan berpikir seperti manusia alami (tidak lahir baru) di tempat kerja, di kantor, dan di rumahmu. Anggota keluargamu tidak melihatmu sebagai berkat dan motivasi rohani. Engkau hanya berlagak kudus pada hari minggu dengan stelan pakaian yang bagus dan necis, serta Alkitb besar di tanganmu, tetapi hidup dan perilakumu tidak mencerminkan Kristus dalam hidupmu. Terkecuali engkau bertobat, dan berserah kepada Kristus, engkau akan selalu ditipu oleh kelicikan hatimu.
Betapa liciknya hati manusia! Hai engkau para pemuda dan pemudi, di hari Minggu engkau datang dengan penampilan mempesona dan menawan, seakan engkau sungguh-sungguh ingin menyembah Allah yang Agung dengan ketulusan dan kekudusan, tetapi engkau duduk di kursi gereja dengan mata berat dan ngantuk karena engkau menghabiskan malammu dengan memuaskan hawa nafsu masa mudamu, engkau tidak mempersiapkan hatimu untuk menguduskan hari Tuhan. Kehadirianmu di rumah Tuhan hanya formalitas dan engkau melihat ke sana kemari siapa target yang bisa engkau ajak teman memuaskan masa mudahmu. Apakah engkau yang disebut Petrus di sini? “Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!” (2 Pet 2:14). Bertobatlah dan jangan biarkan kelicikan hatimu memperdayamu. Hidup dan umurmu tidak berada di tanganmu karena Tuhan telah menetapkan segala sesuatu, kapan engkau lahir ke dunia ini dan kapan engkau meninggalkan dunia ini.
Betapa liciknya hati manusia! Hai orang-orang yang menamakan diri “hamba Tuhan,” jangan pernah mengganggap bahwa engkau seorang hamba Tuhan yang memiliki panggilan ilahi sehingga Tuhan akan selalu melindungi dan memberkatimu, dan Iblis tidak akan mampu menaklukkanmu. Engkau ditipu oleh kelicikan hatimu karena yang mengatakan engkau memiliki panggilan ilahi hanya engkau sendiri dan bukan Tuhan. Benar tidaknya engkau dipanggil Tuhan hanya engkau yang tahu. Jangan ditipu oleh kelicikan hatimu karena jika engkau tidak yakin sebagai hamba Tuhan yang sungguh-sungguh dipanggil Tuhan, engkau akan menghujat Tuhan dengan tindakan, omongan dan prilakumu dalam pelayanan. Engkau akan menjadi batu sandungan bagi jemaat dan mencari keuntungan dari pelayanan. Engkau tidak akan memperdulikan tanggungjawabmu kepada pelayanan karena engkau hanya ingin mendapatkan apa yang engkau ingingkan. Engkau akan melihat orang lain selalu salah tetapi engkau saja yang benar. Jika engkau tidak bertobat, engkau akan menjadi alat Iblis untuk merusak dan menghancurkan gereja Kristus. Ingatlah Yudas Iskariot yang juga merasa seorang rasul Kristus dan memberitahukan kepada orang lain bahwa ia seorang rasul, tetapi jauh dalam lubuk hatinya ia tahu, meskipun berada di dalam kumpulan para rasul, ia tidak memiliki keyakinan yang sama. Ingatlah Petrus yang meskipun seorang Rasul Kristus, ia juga dipengaruhi Iblis dengan melarang Yesus mati di kayu salib, dan Yesus harus menyampaikan perkataan ini, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mark 8:33). Bukankah peringatan ini membuatmu gemetar di hadapan Allah sehingga engkau tidak ingin dituduh sebagai “hamba Tuhan palsu dan sesat”? Lihatlah kerohanian dan tindakanmu apakah engkau sudah sungguh-sungguh seorang hamba Tuhan yang dipanggil Kristus!
Oh betapa liciknya hati manusia, siapakah yang tahu hal itu? Terkecuali umat percaya memiliki kepekaan rohani, ia akan menjadi korban kelicikan hatinya karena apa yang ia lihat dan lakukan adalah apa yang berkenan pada dirinya sendiri dan bukan apa yang berkenan kepada Tuhan. Selidikilah hatimu yang jahat dan bertobatlah! Datanglah kepada Kristus untuk memperbaharui akal budimu sehingga engkau memiliki pikiran Kristus (1 Kor 2:16). Kiranya nasihat Paulus ini menolongmu, “2Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. . . . 5Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kol 3:2, 5).