JALAN KEBERHASILAN DAN KEMAKMURAN ALKITABIAH
Oleh Samson H
6Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. 7Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. 8Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. 9Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.” 10Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; 11kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami” (2 Korintus 9:6-11).
Kekristenan masa kini telah dikontaminasi oleh pengajaran teologi kemakmuran dimana gereja-gereja berpacu mengajarkan bahwa percaya kepada Yesus Kristus akan membuat seseorang menjadi kaya dan makmur finansial. Kekayaan dan kemakmuran sudah disamakan dengan kerohanian. Siapa yang kaya dan makmur finansial dengan memiliki harta kekayaan yang melimpah dianggap sebagai orang-orang yang berkenan dan hidup benar di hadapan Tuhan. Kekristenan masa kini sudah hampir sama dengan kehidupan orang-orang Yahudi di masa pelayanan Tuhan Yesus dimana orang-orang Farisi berpendapat bahwa kekayaan merupakan tolok ukur seseorang itu rohani dan hidup berkenan kepada Tuhan. Mereka berasumsi orang-orang miskin bukanlah orang rohani dan juga bukan orang yang hidup berkenan kepada Tuhan, jika seandainya mereka hidup berkenan kepada Tuhan maka mereka akan memiliki harta kekayaan yang berkelimpahan sebagai berkat Tuhan.
Penyakit yang dimiliki orang-orang Farisi yang memanfaatkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan dan kemakmuran finansial telah menular di berbagai gereja dan organisasi gereja. Banyak para “hamba-hamba” Tuhan mengobral berkat-berkat Tuhan kepada jemaatnya dengan berbagai cara agar mereka memberi persembahan yang lebih besar dan lebih banyak setiap kali melakukan ibadah. Mereka memanipulasi arti dan maksud Firman Tuhan demi mendapatkan apa yang diinginkan. Para pelayan ini menjadikan mimbar sebagai alat dan ladang kekayaan dengan menguras sebanyak mungkin dari jemaat dengan janji-janji yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Orang-orang lemah yang tidak memiliki pemahaman Firman Tuhan diperdaya dan ditipu. Tindakan memperdaya jemaat bukanlah suatu fiksi tetapi fakta nyata di berbagai Negara. Beberapa waktu yang lalu dunia Kekristenan dihebokan oleh seorang pendeta yang meminta jemaatnya untuk membelikan pesat jet pribadi baginya. Semua ini terjadi karena menyakini bahwa kemakmuran bukti penyertaan Tuhan sehingga banyak orang ingin membuktikan diri bahwa apa yang dipercayai sungguh-sungguh benar dan terbukti.
Beberapa “hamba-hamba” Tuhan ternama di Amerika yang mengangungkan teologi kemakmuran atau Injil kemakmuran ditemukan bersalah dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara dengan tuduhan penipuan. Atas nama agama, Injil, gereja, Firman Tuhan, penipuan-penipuan seperti ini akan terus dilakukan oleh mereka yang dikuasai dan dirasuki oleh “roh” kemakmuran dan kekayaan sehingga mereka tidak lagi memperdulikan apa yang patut dan tidak patut dilakukan sebagai seorang pelayan di gereja. Menjelang kedatangan Tuhan Yesus kembali hal-hal seperti ini akan terus berlansung. Penipuan akan terus merajalela di gereja dan di luar gereja karena itulah pertanda kedatangan Kristus yang semakin dekat. Pengajar-pengajar palsu dan nabi-nabi palsu akan bermunculan dengan segala klaim demi mendapatkan keuntungan pribadi. Mereka tidak akan mengatakan bahwa mereka adalah pengajar dan nabi palsu tetapi akan menyatakan diri sebagai “hamba-hamba” Tuhan yang melayani di gereja-gereja. Jika mereka memberitahukan diri mereka yang sesungguhnya sebagai pengajar dan nabi palsu maka tidak akan ada mengikuti mereka. Mereka mengelabui jemaat dan memakai Firman Tuhan sebagai alat memperdaya dan menipu orang banyak. Ribuan dan bahkan jutaan orang datang mengikuti mereka.
Kenapa begitu mudah jemaat terperangkap oleh pengajar dan nabi palsu ini? Semua terjadi karena ketidaktahuan mereka akan Firman Tuhan. Mereka tidak mempelajari dan menyelidiki Firman Tuhan sebagai akibatnya ketika pengajar dan nabi palsu menyelenggarakan aksinya dengan memutarbalikkan arti Firman Tuhan mereka tidak sadar bahwa mereka sedang diperdaya. Mereka buta tentang Firman Tuhan sekalipun itu tersedia di tangan mereka. Mereka mengabaikan dan tidak perduli apa yang dikatakan Firman Tuhan. Mereka terhipnotis untuk menjadi kaya dan makmur seperti yang dijanjikan oleh “hamba-hamba” Tuhan yang melayani di gerejanya, padahal apa yang diajarkan mereka hanya pengajaran yang merupakan buatan manusia dan bukan ajaran yang berasal dari Tuhan dan FirmanNya.
KEBERHASILAN ALKITABIAH TIDAK MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI
Perikop Firman Tuhan di atas secara khusus ayat 6 menegaskan, “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Harus diakui bahwa ayat ini juga dipaki oleh para pengajar teologi kemakmuran atau Injil kemakmuran untuk melancarkan dan mempromosikan ajarannya. Mereka memakai ayat ini agar jemaat yang digembalakannya semakin memberi kepada gereja agar mereka semakin mendapatkan imbalan dari Tuhan yang semakin banyak. Bahkan sering kali penggunaan ayat ini menyelipkan ancaman untuk menakut-nakuti jemaat bahwa jika mereka memberi atau menabur sedikit, mereka juga akan menuai sedikit sesuai dengan apa yang sudah ditaburkan. Oleh karena itu para pelayan gereja sedemikian berusaha mempengaruhi jemaat melalui kalimat-kalimat dan mainan musik untuk menghipnotis jemaat agar rela memberi lebih banyak kepada gereja dan kepada “hamba-hamba” Tuhan.
Seorang teman saya yang adalah pelayan Tuhan di Kalimantan Barat memberitahukan bahwa suatu ketika ia bersama temannya pergi ke Jakarta untuk menghadiri suatu seminar. Hamba-hamba Tuhan dari berbagai daerah berdatangan karena janji manis bahwa mereka akan pulang dengan berkat materi yang berkelimpahan dan berlipat ganda. Pada sesi terakhir seminar, penyelenggara berusaha dengan alunan musik dan suara yang lantang menantang para anggota seminar untuk memberi kepada Tuhan dengan memakai ayat 2 Korintus 9:6. Mereka ditantang memberi semua yang dimiliki karena mereka akan mendapatkan berkat berlipat ganda setelah seminar selesai. Banyak orang terhipnotis dan memberikan apa yang ada di dompet dan cincin yang ada di jari manis mereka karena mempercayai apa yang dijanjikan bahwa mereka akan mendapatkan kembali lebih dari apa diberikan dan ditaburkan. Sabahat dari teman saya ingin memberikan seluruh apa yang dimilikinya termasuk cincin pernikahan yang ada di jari manisnya. Teman saya mengingatknya untuk tidak memberikan semua dan menyisihkan uang tiket pulang ke Kalimantan. Namun sobatnya itu bersekukuh untuk memberikan seluruh apa yang ada dimilikinya termasuk cincin pernikahannya kecuali sejumlah uang untuk pembelian tiket pulang ke Kalimantan karena ia sungguh yakin bahwa sebelum pulang ke kampung halamannya ia akan mendapatkan kembali berkat yang berkelimpanhan yang belipat ganda, melebihi dari apa yang ia berikan pada saat itu.
Setelah seminar selesai dan waktu pulang ke kampung halaman tiba, berkat yang dijanjikan tak kunjung datang. Setibanya di rumah ia menyesali apa yang sudah dilakukan karena ia memiliki masalah dengan isterinya dengan memberikan cincin pernikahannya. Ia baru tahu kemudian seandainya ia memberikan seluruh uang milikinya termasuk uang tiket pesawat, ia akan menjadi pengemis di Jakarta dan tidak akan bisa pulang ke Kalimantan. Bertahun-tahun berlalu, ia tidak mendapatkan apa-apa seperti dijanjikan penyelenggara seminar. Semua ini terjadi karena penyelenggara menghipnotis peserta seminar dengan memutarbalikkan maksud Firman Tuhan.
2 Korintus 9:6 tidak menjanjikan bahwa siapa yang memberi kepada Tuhan akan menerima dan menuai berkat berlipat ganda sesegera mungkin. Tidak ada elemen waktu yang ditetapkan dalam ayat ini karena berkat Tuhan ditetapkan oleh Tuhan sendiri dan tidak dipengaruhi oleh tangisan, teriakan, sungut-sunguh dan kecengengan manusia. Tuhan tidak akan pernah mengubah rencananya oleh karena banyak orang bersungut-sungut, menangis dan merengek-rengek. Ia bukan seperti orangtua yang melihat anaknya menangis tak henti-hentinya dan akhirnya mengubah pikirannya dan memberikan apa yang dimintanya. Manusia tidak bisa mengubah pikiran Tuhan oleh karena apa yang disampaikan dalam doa dan apa yang dimasukkan ke dalam kantong persembahan untuk pelayanan gereja. Tuhan tidak bisa disogok oleh apapun dan siapapun juga.
Perlu digarisbawahi, 2 Korintus 9:6 tidak mengajarkan bahwa siapa saja yang memberi kepada Tuhan akan mendapatkan berkat yang berkelimpahan. Ayat ini hanya ditujukan kepada orang-orang percaya, oleh karana itu harus diphami bahwa hanya persembahan orang percaya yang berkenan dan diterma oleh Tuhan. Persembahan orang yang tidak percaya merupakakan kekejian bagi Tuhan. Tuhan jijik dengan apa yang diberikan dan dilakukan mereka dalam ibadah dan persembahan.
Namun demikian, perlu diketahui bahwa tidak semua persembahan yang diberikan orang percaya akan berkenan kepada Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam berbagai catatan Kitab Perjanjian Lama (ref. Mazmur 40:7; 51:18). Umat Israel dan para pemuka agama pada masa itu juga senantiasa melakukan ibadah dan membawa persembahan kepada Tuhan sebagaimana ditetapkan Tuhan dalam FirmanNya, tetapi mereka tidak mengindahkan ketentuan dan aturan yang sudah ditetapkan (ref. Mikah 6:1-8). Mereka melakukan rutinitas penyembahan hanya sebagai formalitas karena hati mereka tidak mencintai Tuhan. Mereka hanya melakukan rutinitas sementara hati mereka jauh dari menaati apa yang diperintahkan Tuhan. Mereka hanya ingin mendapatkan berkat dari Tuhan sekalipun tidak melakukan apa yang diperintahkan dan ditetapkan Tuhan. Mereka lupa bahwa mereka tidak akan mendapatkan berkat apapun dari Tuhan jikalau tidak melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Sekalipun mereka datang beribadah dan menyembah Tuhan serta membawa persembahan, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa dari Tuhan. Justru sebaliknya, Tuhan murka terhadap mereka dengan apa yang mereka bawa ke rumah Tuhan.
Hal yang sama terjadi di masa gereja sekarang ini. Berbondong-bondong orang datang ke gereja dan membawa persembahan kepada Tuhan khususnya mereka yang mempercayai teologi kemakmuran. Mereka memberi bukan sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan tetapi memberi karena ingin mendapatkan berkat materi yang lebih besar. Mereka pikir itu adalah jalan singkat dalam melipatgandakan harta kekayaan. Tanpa bekerja dan tanpa menyimpan uang di bank mereka bisa mendapatkan kekayaan yang berlipatganda dalam waktu yang relatif singkat. Yang memotivasi mereka untuk memberi kepada Tuhan bukan karena cinta kasih mereka yang begitu besar kepada Tuhan tetapi hanya karena motif tersembunyi yang ditutupi dengan tangisan dan ekspresi kesungguhan dalam menyembah Tuhan. Namun jauh dalam lubuk hati mereka yang paling dalam, mereka penuh dengan pengharapan bahwa tidak lama sesudah ibadah usai, mereka akan mendapatkan berkat yang berkelimpahan dan segala seuatu yang mereka lakukan dalam hidup akan dimudahkan.
Ketika Paulus mengajarkan ayat ini kepada jemaat Korintus, ia tidak memiliki pemikiran seperti yang dimiliki para pengikut teologi atau Injil kemakmuran. Ia mendorong mereka untuk memberi kepada Tuhan agar apa yang diberikan bisa dipergunakan untuk pengembangan pelayanan dan kebutuhan pelayanan gereja. Tidak ada unsur mengumpulkan uang banyak bagi gereja agar gereja memiliki gedung mewah seperti istana. Tidak ada niat untuk menyombongkan diri dengan segala apa yang diberikan kepada gereja. Paulus tidak mengajarkan jemaat Korintus untuk membangun gedung gereja yang mewah sehingga gereja-gereja lain melihat kehebatan dan kemewahan gereja Korintus. Ia mengajarkan pemberian persembahan kepada Tuhan agar pemberitaan Injil bisa diselenggarakan di berbagai daerah. Penyebaran Injil ke berbagai pelosok daerah membutuh dana yang tidak sedikit. Para misionaris perlu hidup dan membayar biaya transportasi dalam perjalanan dan kebutuhan lainnya.
Janji Tuhan untuk memberkati mereka yang memberi kepada Tuhan adalah bagi mereka yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan dengan segenap hati dan jiwa. Mereka memberi dengan tulus dan ikhlas tanpa ada niat untuk mendapatkan imbalan materi. Mereka memberi karena mereka menyadari itu adalah kewajiban karena mereka sudah menerima berkat dari Tuhan. Orang yang memberi sedemikianlah yang akan menerima berkat kemakmuran Alkitabiah yang benar karena jika seandainya Tuhan memberi berkat melimpah kepada orang seperti ini maka berkat itu tidak dijadikan untuk kemuliaan diri sendiri dan tidak akan dipergunakan untuk kesombongan dan keegoisannya sendiri tetapi ia akan semakin memberi kepada Tuhan untuk dipakai bagi pelayanan Tuhan. Berkat yang diterima akan dipakai untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang berkenan kepada Tuhan termasuk menolong jemaat yang berkekurangan (Galatia 6:10). Berkat-berkat itu tidak dihabiskan untuk melampiaskan kepuasan dan keinginan diri sendiri atau untuk menyombongkan diri di gereja karena harta yang dimiliki. Tetapi ia bersukacita di dalam Tuhan karena diberi kesempatan untuk memberi kepada Tuhan atas berkat yang Tuhan sudah berikan kepadanya.
Ketika Tuhan menemukan seorang percaya yang memberi dengan murah hati maka Tuhan akan memberkatinya dengan berkelimpahan karena Tuhan tahu bahwa ia akan terus menerus memberi kepada Tuhan dengan penuh sukacita. Tuhan akan selalu menyediakan apa yang dibutuhnya karena ia akan mempergunakan apa yang dimiliki untuk pelayanan dan kebutuhan orang lain di dalam gereja. Ketika Tuhan memberi berkat kepada orang percaya apakah itu berupa harta kekayaan atau gaji yang besar, umat Kristen harus menyadari bahwa apa yang diterima dari Tuhan bukanlah untuk diri sendiri tetapi juga untuk dipergunakan bagi pelayanan dan umat percaya lainnya yang membutuhkan. Ia harus murah hati dan suka menolong orang lain. Ketika orang Kristen yang mendapatkan berkat dari Tuhan menjadi sombong karena kekayaan yang dimiliki maka ia tidak akan mendapatkan berkat Tuhan lagi karena ia tidak akan mempergunakannya sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Sekalipun ia masih mendapat gaji yang besar dan harta kekayaan dari perusahaan dan usaha yang dilakukan, Tuhan tidak ada lagi di sana untuk memberkatinya. Apapun yang dimilikinya bukan lagi dari Tuhan tetapi sebagai hasil pekerjaan alami yang dilakukan seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak mengenal Kristus.
Hal yang perlu disadari dan diketahui oleh pengikut Kristus adalah bahwa “BERKAT MATERI” di dunia tidak hanya datang dari Tuhan Yesus. Iblis juga bisa memberi apa yang dibutuhkan oleh manusia. Coba pikirkan sejenak, siapakah yang memberi berkat uang korupsi dan penipuan yang dimiliki seseorang? Apakah itu dari Tuhan? Tentu sekali bukan dari Tuhan. Iblislah yang memuluskan jalan mereka dengan akal busuk sehingga berhasil memperdaya dan menipu orang lain. Uang sedemikian adalah berkat yang berasal dari Iblis. Ketika seseorang bekerja di perusahaan yang memaksanya untuk menipu, berbohong dan tidak jujur, sekalipun mendapatkan gaji ratusan juta per bulan, gaji yang dimiliki bukanlah berkat yang berasal dari Tuhan. Uang itu merupakan berkat pemberian Iblis sekalipun ia beribadah setiap hari minggu di gereja dan memberikan sepersepuluh dari apa yang dihasilkan tiap bulan. Tuhan tidak memberkati umatNya untuk bekerja di tempat sedemikian. Ia harus mencari tempat kerja lain sekalipun gajinya jauh lebih kecil tetapi hati nuraninya bersih dan ia memiliki kedamaian dalam mempergunakan berkat itu untuk kebutuhannya sehari-hari.
Saya mengenal seseorang yang bekerja di sebuah perusahan hebat di Singapura dan memiliki gaji yang sangat fantastis. Namun ia terpaksa harus mengundurkan diri dari perusahaan itu dan meninggalkan semua kemewahan dan gaji yang besar itu karena ia ingin hidup sesuai dengan Firman Tuhan. Ia mengundurkan diri karena perusahaan memintanya untuk menyelenggarakan suatu event khusus untuk para Lesbian relasi perusahaannya. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mengambil bagian dalam kegiatan keji seperti itu karena ia ingin hidup berkenan kepada Tuhan dan menikmati hasil jerih payahnya dengan damai dan penuh sukacita.
Jadi berkat Alkitabiah yang benar bukan berasal dari cara yang tidak benar atau dengan motif yang tidak benar tetapi dari rasa cinta yang besar kepada Tuhan.
MEMBERI DENGAN PENUH SUKACITA
Nas di atas memberikan suatu pola bagiamana memberi kepada Tuhan dengan penuh sukacita. Dasar memberi kepada Tuhan adalah dengan menyadari berkat-berkat yang Tuhan berikan. Dengan kesadaran inilah maka seseorang memberi kepada Tuhan. Jika seseorang memberi bukan didasarkan atas pemahaman dan kesadaran bahwa ia sudah menerima berkat dari Tuhan, maka ketika memberi kepada pelayanan gereja atau Tuhan ia sesungguh sudah memiliki suatu niat yang keliru. Orang seperti inilah yang terhipnotis pengajaran teologi kemakmuran. Ia ingin jadi kaya dari gereja dan ingin jadi kaya karena membantu Tuhan dengan memberi persembahan harta keyakayaannya. Ia memiliki motif yang keliru. Orang seperti ini akan dikecewakan oleh karena kelicikan hatinya. Ia mengira bisa menipu Tuhan dengan tipu muslihatnya seakan-akan Tuhan tidak mengetahui apa yang ada di dalam hatinya.
Iblis di sisi lain terus berusaha mencampuri kegiatan yang diselenggarakan oleh penganut teologi kemakmuran dengan membukakan jalan berkat bagi para pengikutnya untuk mendapatkan berkat sehingga ketika mendapatkan berkat itu, mereka merasa bahwa Tuhanlah yang memberi berkat itu kepada mereka. Dengan demikian pengikut teologi kemakmuran tidak akan pernah semakin berkurang tetapi semakin bertambah hari lepas hari. Cukup satu orang saja yang menerima berkat dari Iblis dengan penuh kelimpahan dan hal itu sudah bisa mempengaruhi ribuan bahkan ratusan ribu orang untuk mengikuti ajaran teologi kemakmuran. Hal itu terjadi karena banyak orang yang ingin menjadi kaya dan makmur.
Paulus tidak mengajarkan pola seperti itu. Justru sebaliknya, bagi mereka yang menyadari akan berkat yang sudah diterima dari Tuhan apakah itu penghasilan bulanan seperti gaji atau penghasilan musiman seperti petani, mereka akan memberi persembahan kepada Tuhan sekalipun yang dihasilkan tidak berlipatganda dalam sekejap mata. Mereka bisa saja mendapatkan penghasilan tetap setiap bulan tanpa berlipatganda, tetapi mereka sadar itu adalah berkat dari Tuhan. Orang-orang sedemikianlah yang akan terus diberkati Tuhan karena Tuhan tahu mereka ini memberi bukan karena kelimpahan yang diterima (ref. Markus 12:40-44). Sekalipun yang diterima hanya dengan jumlah tetap setiap bulan mereka sudah bersedia memberi kepada Tuhan dengan penuh sukacita. Jika Tuhan semakin menambahkan berkatNya maka mereka akan semakin memberi kepada Tuhan untuk dipakai bagi kemuliaan Tuhan dan pelayanan gereja.
Harus diakui bahwa memberi kepada Tuhan dengan penuh sukacita tidak secara alami dimiliki banyak orang Kristen. Setiap orang percaya harus belajar bagaimana memberi kepada Tuhan. Semakin bertumbuh kerohanian seseorang maka ia semakin bisa memahami maksud Tuhan dalam memberi kepada Tuhan apakah itu pemberian ucapan syukur dan persembahan persepuluhan. Ia perlu menyadari apa itu perintah Tuhan dan apa yang sudah diperbuat Tuhan dalam hidupnya. Ada banyak orang Kristen masih perlu belajar untuk memberi persembahan kepada Tuhan, bukan karena ia tidak memiliki sesuatu tetapi karena hatinya masih lebih mencintai uang dari pada Tuhan (Maleakhi 3:6-10).
Suatu ketika saya pernah naik taksi di Singapura. Setelah berbincang-bincang saya memberitahukan bahwa saya adalah orang Kristen. Lalu ia mulai berbicara pangjang lebar tentang pengalamannya bersama orang-orang Kristen. Namun ia juga mengungkapkan bahwa keberatannya untuk menjadi seorang Kristen. Ia sepertinya senang dengan ajaran Firman Tuhan tetapi ia merasa tidak rela untuk memberikan persembahan persepuluhan. Ia berkata bahwa sepersepuluh dari apa yang dihasil itu terlalu besar padahal ia tidak menyadari bahwa ketika ia pergi makan di restoran Pizza itu harus membayar pajak 10% dan servis pegawai 3% namun ia merasa senang dan tidak complain dengan semua itu. Apa yang membuatnya tidak bersungut-sungut untuk membayara 13% tambahan dari total harga makanan yang ia makan? Karena ia merasa puas dan senang apa yang diberikan restoran itu dan pelayanannnya menyenangkan. Bahkan di Negara tertentu seperti Amerika, rakyatnya juga masih memiliki suatu kebiasaan untuk memberikan uang tips bagi pelayan restoran yang melayani mereka. Uang tips ini merupakan biaya tambahan yang diberikan selain total keseluruhan yang dibayarkan ke pihak restoran. Semua ini dilakukan dengan senang hati karena ada kepuasan atas apa yang diterima dari pihak restoran dan peayannya.
Kesadaran bahwa Tuhan yang memeri berkat inilah yang masih belum dimiliki banyak orang Kristen sehingg tidak rela menaati apa yang diajarkan Firman Tuhan. Dengan berbagai alasan mereka menolak untuk memberi persembahan kepada Tuhan. Hal ini bukan hanya dilakukan mereka yang baru percaya kepada Kristus tetapi juga mereka yang sudah berpuluh-puluh tahun sebagai orang Kristen. Hati mereka begitu berat untuk memberi kepada Tuhan dan pelayanan gereja.
Memberi persembahan kepada Tuhan bukan berarti bahwa orang Kristen sedang menolong Tuhan. Jauhkan pemikiran itu, karena Tuhan tidak membutuhkan uang dan harta orang Kristen. Ia yang memiliki dunia ini dan segala yang ada isinya (Mazmur 50:7-15). Tetapi dalam saat yang sama ia mengajarkan bahwa umat percaya harus mengekspresikan cinta kasihnya kepada Tuhan melalui persembahan yang diberikan untuk kemajuan pelayanan dan pemberitaan Injil di berbagi daerah. Sama seperti di Perjanjian Lama, Tuhan memberintahkan umat Israel untuk memberi persembahan untuk perbendaharaan Bait Allah untuk dipakai sebagai kebutuhan Bait Allah dan mereka yang melayani sepenuh waktu di Bait Allah. Itu adalah tugas dan kewajiban mereka sebagai bukti cinta kasih dan kesetiaan mereka kepada Tuhan.
Memberi kepada Tuhan bukan karena Tuhan tidak bisa menyediakan apa yang dibutuhkan hamba-hamba Tuhan di Bait Allah. Tuhan sudah menunjukkan kepada umat Israel bagaimana Tuhan menyediakan makanan dan daging bagi mereka selama masa perjalanan di gurun pasir. Mereka mendapatkan semua itu ketika bangun dari tempat tidur mereka. Tuhan bisa melakukan hal yang sama untuk kebutuhan Bait Allah tetapi Tuhan tidak menginginkan hal yang demikian karena Ia ingin umat Israel memberi dengan sukacita dengan menyadari berkat Tuhan dalam hidup dan pekerjaan mereka. Maka Tuhan memerintahkan mereka untuk memberi ke rumah Tuhan dari hasil usaha dan pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada mereka dengan cuma-cuma.
Ketidakrelaan orang Kristen untuk memberi kepada Tuhan terjadi karena adanya ketidakpuasan pribadi. Ada suatu keinginan untuk semakin mengumpulkan lebih banyak lagi harta kekayaan di dunia ini. Sebagai akibatnya banyak umat Kristen tidak murah hati dalam memberi dan menolong orang lain. Orang lebih senang menerima dari pada memberi tetapi Firman Tuhan mengajarkan bahwa orang yang memberi lebih diberikati daripada orang yang memberi. Paulus memberitahukan kepada para penatua Efesus demikian,, “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kisah 20:35). Hal inilah yang hilang dari hidup banyak orang Kristen. Semua ini terjadi karena mereka tidak mengalami pertumbuhan dan kedewasaan rohani. Rasa bersukacita dalam memberi kepada Tuhan hilang dalam hidup mereka.
Ketika orang percaya memberi kepada Tuhan dengan penuh kemurahan, hal itu terjadi karena ia sendiri sudah menyadari bahwa ia juga dengan penuh kumurahan Tuhan sudah menerima berkat-berkat dari Tuhan. Paulus menekankan hal itu kepada jemaat Korintus dengan berkata demikian,
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:6).
Ayat ini memberitahukan, ketika memberi kepada Tuhan haruslah dilakukan dengan “kerelaan hati” dan tidak ada unsur paksaan. Ia harus memiliki sukacita dalam memberi kepada Tuhan. Itulah sebabnya Paulus juga mengatakan agar umat Kristen memberi “jangan dengan sedih hati atau kerana paksaan.” Semua aspek memberi kepada Tuhan harus datang dari hati yang tulus dan iklas bukan dari hati yang penuh sungut-sungut dan hitung-hitungan. Memberi kepada Tuhan bukan berarti menanamkan saham di gereja yang sewaktu-waktu bisa ambil kembali. Memberi kepada Tuhan harus didasarkan atas ketaatan pada perintah Tuhan dan kesadaran akan berkat-berkat yang Tuhan sudah berikan dalam hidup dan keluarganya.
Tuhan sendiri memberi penghiburan ini “Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Dengan kata lain, Tuhan tidak mengabaikan apa yang sudah diberikan orang percaya. Ia akan menunjukkan kasihNya kepadanya dalam hidup ini. Itulah sebabnya Paulus kembali mengingatkan jemaat Korintus dengan berkata,
Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan (2 Korintus 9:8).
Inilah bukti keperdulian dan kasih Tuhan kepada mereka yang memberi kepadaNya dengan sukacita dan menyadari bahwa Tuhan sudah memberkati mereka dalam hidup ini. Ia sanggup melimbahkan segala kasih karunia kepada setiap orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwanya.
MEMBERKATI ORANG-ORANG MISKIN
Berbeda dengan apa yang diajarkan oleh teologi dan Injil kemakmuran dimana siapa yang memberi lebih banyak akan diberkati dengan berlipatganda. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak bisa memberi banyak? Jawabannya sederhana! Ia tidak akan diberkati Tuhan dengan berkelimpahan. Itu berarti ia akan selamanya menjadi miskin.
Namun ajaran seperti itu bertolakbelakang dengan apa yang diajarkan Paulus dan kebiasaan gereja mula-mula. Orang-orang percaya di masa itu dengan kerelaan hati bahkan bersedia menjual harta milik mereka dan kemudian hasil penjualan itu diberikan kepada rasul-rasul untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Dua perikop Firman Tuhan di bawah ini menegaskan hal itu.
Kisah 2:41-47 memberitahukan demikian,
41Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 42Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 44Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 46Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah 2:41-47).
Dan Kisah 4:32-37 memberitahukan demikian,
32Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 33Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 34Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 35dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 36Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 37Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul (Kisah 4:32-37).
Hal di atas adalah kisah nyata yang dicatat di dalam Firman Tuhan. Ayat-ayat itu mengekspresikan bahwa jemaat tidak memikirkan diri sendiri tetapi rela berbagi dengan apa yang dimiliki. Mereka juga tidak memberi kepada Tuhan agar Tuhan melipatgandakan apa yang diberikan ke gereja. Tidak ada kesan tersirat dengan tujuan sedemikian tetapi ketulusan dan keikhlasan serta memberi dengan kerelaan karena cinta kasih yang besar kepada Tuhan untuk dibapakai bagi pelayanan dan kemutuhan orang-orang yang berkekurangan.
Paulus memberitahukan kepada jemaat Korintus bahwa Tuhan juga memberkati orang-orang miskin yang tidak bisa memberi kepada Tuhan. Tuhan dengan kemurahanNya juga menyediakan kebutuhan mereka sehari-hari.
Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya” (2 Korintus 9:9).
Ayat ini merupakan kutipan dari kitab Mazmur 112:9 yang berbunyi demikian, “Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.” Paulus mengangkat ayat ini di sini untuk memberitahukan kepada jemaat Korintus bahwa Tuhan sungguh perduli kepada mereka yang memberi dengan penuh kemurahan dan sukacita sama seperti Tuhan memberkati orang-orang miskin. Mereka perlu mengetahui bahwa tidak ada orang percaya yang menjadi miskin dan tidak memiliki apa-apa untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari hanya karena ia memberi kepada Tuhan. Hal seperti itu tidak pernah terjadi jika memberi karena cinta kasih dan ketaatan kepada Tuhan. Tetapi hal seperti itu bisa terjadi jikalau seseorang memilik motif yang salah seperti yang diajarkan penganut teologi kemakmuran. Mereka bisa saja memberi segala sesuatu yang dimiliki dengan harapan bahwa Tuhan akan melipatgandakan milikinya. Ia menjadi miskin dan tidak memiliki apapun karena apa yang diharapkan tidak terwujud. Ini adalah kebodohan dan kerakusan yang ingin cepat kaya-raya.
Orang-orang miskin
Kisah 2:41-47 dan Kisah 4:32-37 memberitahukan bahwa dalam sejarah gereja tercatat orang-orang percaya bukan hanya datang dari kelompok orang kaya. Justru masa pelayanan Yesus Kristus di bumi dan di awal berdirinya gereja mula-mula mereka yang menjadi pengikut Kristus umumnya datang dari kelompok orang miskin. Orang-orang kaya pada masa itu menolak Injil meskipun ada segelintir orang yang dengan kesungguhan memberi diri untuk menjadi pengikut Kristus seperti Nikodemus, Zakheus dan sebagainya. Meskipun di awal berdirinya gereja umat Kristen menghadapi penganiayaan besar dan penolakan dari sanak saudara mereka yang juga membuat mereka semakin terpuruk dalam kemiskinan dan kekurangan, mereka tidak mengingkari iman demi mendapatkan harta kekayaan dan hidup yang lebih layak. Kesetiaan mereka kepada Kristus tidak bisa dibayar dengan apapun juga. Mereka memiliki untuk turut menderita dan merasakan penderitaan sebagai pengikut Kristus karena mereka menyadari mereka dipanggil bukan hanya untuk memperoleh keselamatan tetapi juga untuk menderita bagi Kristus Yesus. “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia” (Filipi 1:29).
Kemiskinan dan penderitaan sudah menjadi bagian dari perjalanan Kekrisenan di awal berdirinya gereja hingga pada masa sekarang ini. Namun orang-orang miskin yang dicatat dalam Firman Tuhan mengindikasikan bahwa Tuhan tidak melihat status eknomi dan finansial seseorang karena ia melihat hati dan kesungguhan iman seseorang. Sebagai orang percaya mereka berada dalam nuangan berkat Tuhan. Mereka bisa memperoleh apa yang Tuhan sediakan. Mereka miskin bukan karena mereka pemalas tetapi karena ketetapan Tuhan yang harus dijalani dengan penuh perjuangan. Umat percaya seharusnya memperdulikan orang-orang miskin dan berkekurangan. Mereka harus membantu dan menolong mereka yang berkekurangan karena berkat yang diberikan Tuhan bukan hanya untuk mereka saja dalam melampiaskan apapun yang ingin dilakukan tetapi juga untuk menolong orang-orang yang berkekurangan (Galatia 6:10).
Orang kaya di dalam gereja juga sudah sepatutnya membantu para pelayan dan hamba-hamba Tuhan yang berkekurangan dalam gereja. Mereka sudah mempersembahkan hidup sepenuh waktu untuk melayani Tuhan. Mereka tidak memiliki kesempatan lagi untuk menghasil uang seperti yang dilakukan orang lain. Mereka hanya mendapatkan penghasilan dari tunjangan atau gaji yang diberikan gereja. Tentu keuangan mereka memiliki keterbatasan tetapi mereka merasa puas di dalam Krsitus karena mereka dipanggil bukan untuk menjadi orang kaya tetapi untuk menjadi pelayan Kristus dan umat Tuhan. Mereka melayani bukan untuk menjadi kaya karena Tuhan tidak menetapkan di dalam FirmanNya bahwa gereja adalah ladang kekayaan bagi para hamba Tuhan. Jika mereka memiliki penghasil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari itu merupakan berkat Tuhan. Dari penghasilan yang diterima mereka juga harus memberi kepada Tuhan dan membantu orang lain. Mereka bukan hanya penerima berkat tetapi juga pemberi berkat kepada Tuhan dan umat percaya.
Tuhan tidak akan pernah mengabaikan orang-orang miskin yang sungguh-sungguh percaya kepadaNya dan dengan setia menaati dan menyembahNya. Tuhan mengetahui segala kekurangan dan kebutuhan mereka dan Ia akan memberkati mereka melalui usaha dan pekerjaan mereka.
Janda-janda
Tuhan memperdulikan setiap orang percaya dari berbagai lapisan masyaratkan termasuk para janda di dalam gereja. Tuhan tidak pernah mengabaikan siapapun hanya karena status sosial dan ekonomi. Firman Tuhan dengan tegas mengajarkan bahwa gereja harus memperdulikan mereka yang sudah janda. Janda di sini tentu bukan jada muda yang masih produktif dan bisa menghasilkan uang dan kekayaan. Janda di dalam Alkitab lebih pada mereka yang sudah kehilangan suami di usia yang sudah lanjut dan tidak lagi memiliki kemampuan untuk menghasilkan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Dalam hal ini gereja diperintahkan untuk memperdulikan para janda dengan uluran tangan agar mereka bisa melanjutkan kehidupana mereka dengan sopan dan terhormat dan bukan menjadi pengemis di pinggir jalan.
Nasihat dan perintah yang diberikan Paulus kepada Timotius yang sedang menggembalakan jemaat di gereja Efesus saat itu menuliskan secara khusus hal-hal yang berkaitan dengan para janda di dalam gereja. Dalam 1 Timotius 5:3-16 Paulus menuliskan tdemikian,
3Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda. 4Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. 5Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. 6Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup. 7Peringatkanlah hal-hal ini juga kepada janda-janda itu agar mereka hidup dengan tidak bercela. 8Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman. 9Yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh tahun, yang hanya satu kali bersuami 10dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan — pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik. 11Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda. Karena apabila mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka itu ingin kawin 12dan dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepada-Nya, mereka mendatangkan hukuman atas dirinya. 13Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. 14Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita. 15Karena beberapa janda telah tersesat mengikut Iblis. 16Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar janda (1 Timotius 5:3-16).
Tidak semua janda dalam gereja membutuhkan perhatian khusus tetapi “mereka yang benar-benar janda” sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang dituliskan di atas. Ada janda yang memiliki anak-anak yang sudah memiliki kehidupan yang mapan dan mereka bertanggungjawab untuk mengurus ibu mereka yang sudah tau. Atau ada janda yang masih memiliki sanak saudara yang mempu untuk menampung dan membantu maka merekalah yang harus mengulurkan tangan demi kelanjutan kehidupannya sebagai seorang ibu dan janda terhormat. Namun gereja harus hadir untuk memperdulikan para janda jikalau mereka tidak memiliki sanak saudara dan anak-anak yang bisa membantunya.
Yatim piatu
Yatim piatu juga adalah kelompok orang yang membutuhkan perhatian gereja. Gereja dan umat percaya tidak bisa menutup mata terhadap mereka yang sudah yatim-piatu sekalipun gereja tidak memiliki yayasan panti asuhan untuk menangani. Uluran tangan gereja dan jemaat sangat dibutuhkan sebagai bukti dan aplikasi kasih mereka terhadap Tuhan. Dalam Mazmur 68:6-7 diberitahukan bahwa Tuhan adalah Ayah bagi mereka yang sudah tidak memiliki ayah kandung.
“6Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; 7Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak-pemberontak tinggal di tanah yang gundul (Mazmur 68:6-7).
Umat Kristen harus melindungi dan menjaga mereka dan bukan memanfaatkan keadaan mereka yang memprihatikan. Pemimpin gereja harus memperdulikan dan mencari solusi dalam membantu mereka yang sudah tidak memiliki ayah terutama jikalau tidak ada sanak saudaranya yang bersedia memperhatikan mereka. Para pemimpin Israel di Perjanjian Lama tidak mengindahkan perintah Tuhan dan mereka memperdaya mereka yang tidak memiliki ayah dan juga para janda. Maka Tuhan memperingatkan mereka dengan berkata demikian,
4Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN, 5melainkan jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, 6tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain, yang menjadi kemalanganmu sendiri, 7maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya (Yeremia 7:4-7).
Gereja mungkin tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh para pemimpin agama Israel di masa itu tetapi dengan mengabaikan dan tidak mau tahu keadaan dan kondisi mereka yang tidak memilik ayah atau yatim piatu, umat percaya sama saja seperti pemimpin Israel di masa itu. Paulus menasihatkan umat percaya di gereja Roma dengan berkata demikian, “Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!” (Roma 12:13).
JANJI TUHAN UNTUK MEMBERKATI YANG MEMBERI KEPADA TUHAN
Untuk mempertegas maksud Paulus bahwa Tuhanlah yang berkuasa dan memberikati setiap orang yang percaya kepadaNya, ia memberitahukan bahwa cara Tuhan memberkati umatnya bukan dengan menurunkan harta kekayaan dan uang yang banyak dari langit. Tuhan tidak dengan tiba-tiba mengisi laci uang, dompet dan tabungan orang percaya. Tetapi Tuhan memberkati umat percaya melalui pekerjaan dan usaha mereka. Orang sombong yang tidak menyadari bahwa berkat datang dari Tuhan bisa saja berkata bahwa ialah yang berusaha untuk mendapatkan penghasilan dan uang yang dibutuhkan. Ialah yang senantias berusaha keras dan berjuang demi mendapatkan uang yang banyak seakan-akan Tuhan tidak memberikan kontribusi apapun dalam usaha dan kehidupannya. Orang sedemikian adalah orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Maka Paulus berakta demikian,
10Ia [TUHAN] yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; 11kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami” (2 Korintus 9:10-11).
Apa maksud Paulus dengan perkataan ayat-ayat di atas? Paulus memberikan ilustrasi dan gambaran bagaimana berkat datang kepada mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Ilustrasi ini menggambarkan kehidupan umat percaya pada masa itu dimana pekerjaan hampir seluruh umat manusia saat itu adalah bertani. Untuk mendapatkan hasil yang baik para petani harus sangat teliti dalam pemilihan benih. Benih yang tidak baik akan menghasilkan hasil yang tidak baik dan benih yang baik akan membuat petani berjaya dan menghasilkan hasil yang banyak.
Melalui 2 Korintus 9:10-11 Paulus memberitahukan bahwa dalam pemilihan benih sekalipun, yang merupakan langkah paling ringan dan sederhana bagi petani, Tuhan turut campur tangan di dalamnya agar para petani bisa memilih benih yang baik untuk menghasilkan hasil yang baik. Dengan demikian para petani bisa memperoleh makanan dan roti dalam mencuupi kebutuhan mereka sehari-hari. Jika dalam pemilihan benih saja Tuhan turut campur tangan di dalamnya, suah tentu juga bahwa Tuhan turut mengerjakan hal-hal besar dalam pekerjaan-pekerjaan umat percaya di segala bidang. Tuhan tidak pernah meninggalkan umatNya berjuang sendiri tanpa kehadiran Tuhan. Ia senantiasa perduli dalam memenuhi dan memperkati kebutuhan anak-anakNya.
Hasil usaha dan pekerjaan yang didapatkan anak-anak Tuhan mereka didorong untuk bersyukur kepada Tuhan yang adalah sumber segala berberkat. Hal inilah yang perlu disadari umat Tuhan agar mereka bisa selalu mengucap syukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan kepada mereka.